Jumat, 03 Desember 2010

Wedding Dress (Part 5)

Beberapa bulan kemudian…

Sekarang aku sudah naik pangkat menjadi asisten pribadinya Kei, tetapi hampir semua karyawan di perusahaan ini tidak setuju. Apakah aku memang tidak pantas mendapatkan posisi ini? Yang terpenting adalah, aku mendapatkan posisi ini dengan cara yang jujur dan usahaku sendiri!

Hari ini, orangtua Kei datang menemuiku secara tiba-tiba di apartemenku, untunglah aku pernah belajar akting, jadi aku langsung berperan sebagai tunangan Kei. Mereka bertanya kepadaku, kapan aku akan menikah dengannya dan kapan mereka bisa bertemu dengan orangtuaku… aku terpaksa berbohong dan mengatakan kepada mereka, bahwa orangtuaku sedang berlibur ke luar negeri dan balik kembali ke Tokyo.

Setelah mereka pulang, aku langsung menelepon Kei untuk memberitahu hal ini. Satu hal yang aku yakini dia panik dan kaget, sebab tak mengira orang tuanya akan melakukan hal ini. Tetapi aku menyuruhnya untuk tenang, sebab kita masih ada waktu untuk memikirkan rencana berikutnya sampai bulan depan.

Setelah itu... aku kembali ke meja kerjaku, untuk membikin 5 desain baju pengantin dengan warna yang berbeda-beda. Setiap aku mau menggambarnya, hasilnya selalu tidak pas dengan apa yang kuimajinasikan. Apakah kalian ingin tahu baju pengantin seperti apa yang ingin kupakai nantinya?

Baju pengantin yang sering disebut dengan “mermaid dress”, gaun yang menutupi sampai jari kaki, tidak berlengan ataupun bertali, dan ditambah pita di bagian pinggang sebagai aksesoris. Rambut diurai dan dibuat ikal, berwarna coklat tua, supaya pas dengan warna putih dress tersebut dan ditambah mahkota tiara kecil. Make up tidak boleh tebal, jadi harus terlihat natural, sepatu yang dipakai sepatu balet atau stilleto shoe. Bagi yang memakai dress ini, biasanya orang yang agak tinggi, jarang orang yang agak pendek memakainya.

Dalam 8 hari, aku berhasil menyiapkan desainku dan kuserahkan kepada Kei, dia sangat suka dengan desain mermaid dressku dan menyuruh penjahit untuk menjahitnya dalam waktu 20 hari, sebab akhir bulan ini akan ada pemotretan untuk baju pengantin. Aku sangat penasaran dengan model yang akan memakainya dan sekarang masalah terakhirku adalah orang tuanya Kei...

WHAT SHOULD I DO?

Sabtu, 30 Oktober 2010

Wedding Dress (Part 4)

Aku sampai di sebuah rumah atau sebut saja istana, karena, rumah dikelilingi dengan taman yang sangat luas, ada kolam renang pribadi, belum lagi aku lihat isi rumahnya pastilah sangat mewah. “Ehem…” Kei-san berdeham, menyadarkan aku dari lamunanku. “Sorry, Kei-san. Aku tadi melamun sebentar, sebab ini pertama kalinya aku melihat rumah sebesar ini,” aku mengatakannya tanpa bernafas, aduh…. Aku pasti terlihat sangat bodoh dan aku merasa wajahku agak panas karena malu.

“Hahahahahaha….” Kei-san tiba-tiba tertawa sangat keras, “Gomen… Aku tidak.. hha.. bisa menahan tawaku, sebab kamu terlihat sangat lucu. Seharusnya aku ceritakan dulu sama kamu tentang rumahku, tetapi… ehem… kamu harus ingat, kita harus terlihat seperti sepasang kekasih yang saling mencintai,” aku hanya menatapnya bingung, karena aku tidak pernah melihat Kei-san tertawa di kantor.

“Baik, Kei-san. Aku ingat kok, apa yang harus kulakukan, lagipula, ini hanya berlangsung sementara,” tiba-tiba, aku merasakan seperti ada kupu-kupu di dalam perutku, apakah karena gugup? Tapi, kenapa aku merasa sedih, bahwa ini hanya sekedar sandiwara?

Di ruang tamu…

“Kei-sama, silahkan duduk dulu di sini, aku akan memanggil Tuan dan Nyonya ke ruang tamu,” kata seorang pembantunya.
Kei-san hanya menganggukkan kepalanya.

Untung aku memakai baju yang tepat yaitu turtle neck berwarna putih, dengan rok sepanjang lutut berwarna turquoise (biru kehijauan), lalu aku padukan dengan kalung mutiara kecil, anting-anting mutiara kecil. Aku tidak memakai cincin lagi, sebab akan terlihat terlalu ramai dan tidak begitu cocok.

“Kei-chan~” suara seorang wanita, dibelakangnya ada seorang pria.
“Haha, Chichi*~ Maaf, kalau aku baru sempat datang hari ini.”
“Tidak apa-apa, anakku. Siapakah wanita yang di sampingmu itu? Apakah dia calon tunanganmu?”
“Iya, Haha. Namanya Hikaru Youmi… Hikaru-chan, mereka adalah orang tuaku,”
“Senang bertemu dengan, Om dan Tante,” aku mengulurkan tanganku, untuk menyalami mereka.
Tante dan Om membalas salamanku.
“Hikaru-chan, maukah kamu membantuku sedikit di dapur?”
“Baik, Tante. Kei-kun, aku ke dapur dulu ya.”
Kei hanya tersenyum dan terlihat agak khawatir.

Di dapur…
“Hikaru-chan, bisakah kamu membantuku membuat teh?”
“Baik, Tante. Berikan aku waku 10 menit…”

10 menit kemudian…
Teh tradisional Jepang selesai kubuat, aku sangat bersyukur, karena aku sudah pernah belajar cara membuat yang benar sewaktu aku kecil. Mamanya Kei-san sangat teliti dan serius melihat proses pembuatan teh yang kubuat, untung tidak ada kesalahan sedikitpun. Sehabis itu kami membawa teh tersebut ke ruang tamu.

“Om, Tante, Kei-kun, silahkan diminum tehnya, semoga aroma dan rasanya pas,” aku sudah bersiap-siap menerima kritikan dari orang tuanya, tetapi… “Wow! Oishii desune, don’t you agree, Mom?” Kei-san memberikan komentar duluan. Orang tuanya mengangguk saja dan mereka terlihat senang. Apakah ini sebuah test awal?

“Hikaru-chan, kamu sudah melalui satu test yang kami siapkan dan aku sangat senang, karena kamu mengerti cara untuk membuat teh tradisional ini dengan tepat dan tidak ada kesalahan sedikitpun,” kata mamanya. Aku hanya tersenyum dan pastinya wajahku agak sedikit merah, karena aku sangat senang mendengarnya.

Setelah 1 jam mengobrol bersama orang tuanya, kami pun berpamitan pulang.

Di dalam mobil…

“WOW!! Hikaru-chan!!! Aktingmu sangatlah bagus dan orang tuaku pastinya percaya, bahwa kamu adalah calon tunanganku. Aku sangat berterima kasih kepadamu dan pastinya aku akan berusaha secepat mungkin untuk mencari pasanganku, supaya tidak merepotkanmu lagi.”
Aku terdiam sebentar, mendengar bahwa ini akan berakhir sebentar lagi…
“Hikaru-chan, kenapa kamu terdi… Hikaru-chan!”
“Eh? Kenapa, Kei-san?”
“Kamu kenapa menangis? Apakah aku mengucapkan hal yang salah?”
Aku terlihat sangat bingung, lalu aku memegang wajahku dan ternyata aku menangis tanpa kusadari. Sekarang masalahnya, kenapa aku tidak bisa menghentikan tangisanku?
“Oh, maaf, Kei-san. Kamu tidak mengucapkan hal yang salah, aku… aku…”
Kei-san menghentikan mobilnya.
“Kei-san, ke…”
“Hikaru, aku ingin tahu, kenapa kamu menangis? Jujurlah padaku…”
Pandangan Kei sangatlah serius saat menatapku tepat di mataku.
“Aku…” aku langsung memalingkan mukaku ke arah lain.
“Kei-san, aku tidak apa-apa. Aku turun disini saja ya? Lagipula, sudah dekat dengan apartemenku.”
Saat aku mau membuka pintu, Kei-san menahanku dengan memegang tangan kananku.
“Kei-san? Sudahlah, aku baik-baik saja.”
Aku berusaha senyum, tangisanku sudah berhenti.
Tiba-tiba, dia menarikku ke dalam pelukannya.
“Maaf, Hikaru. Biarkanlah aku memelukmu untuk beberapa saat, setelah itu, aku akan mengantarmu pulang.”
Aku tidak tahu harus berbuat apa, dan hanya diam saja.

‘Ya Tuhan, aku berharap, waktu bisa berhenti saat ini juga, walaupun hanya sementara…’ kata-kata itu yang terus berulang di dalam pikiranku, selama aku di dalam pelukannya…

Minggu, 03 Oktober 2010

Wedding Dress (Part 3)

Besok paginya, aku tidak bekerja, hmm… Apa yang harus kulakukan hari ini? Apakah aku pergi ke mall saja dan membeli baju baru? Atau pergi ke taman untuk refreshing? Sewaktu aku merencanakan apa yang akan kulakukan, nada dering telepon genggamku berbunyi, “I got you babe, I call, I call it chocolate love….”

“Selamat pagi, Kei-san. Ada yang bisa aku bantu?”

“Etto… Hikaru-chan… Err… Apakah kamu ada waktu kosong hari ini?”

“Hmm… Aku tidak bekerja hari ini dan aku juga belum merencanakan mau melakukan apa hari ini, kenapa, Kei-san?”

“…….”

Tidak ada jawaban selama 2 menit…

“Kei-san? Apakah kamu masih disana?”

“Oh ya… Ano, Hikaru-chan, maukah kamu bertemu denganku hari ini? Err… Itupun kalau kamu bisa dan mem…”

“Aku bisa bertemu denganmu, tetapi… alasannya apa, Kei-san?”

“Aku… aku akan jelaskan alasannya saat bertemu nanti. Kalau begitu, aku akan menjemputmu jam 12 nanti.”

“Oh, okay…”

Sebelum aku siap berbicara, Kei-san sudah menutup teleponnya…

‘Aneh, Kei-san kenapa ya? Kenapa dia terlihat sangat kebingungan dan aneh? Apakah ada masalah dengan perusahaan? Sebaiknya, aku segera bersiap-siap, karena sudah pukul 10… Baju apa yang sebaiknya aku pakai untuk nanti?... Tunggu dulu…! Kenapa ini seperti kencan jadinya??’ pikiranku sangat dipenuhi dengan pertanyaan itu…

Tepat pada pukul 12 siang, Kei-san berada di depan pintu rumahku… Aku pun segera mengunci pintu rumah dan langsung memasuki mobilnya. Selama 10 menit perjalanan, tidak ada satu pun yang memulai pembicaraan dan atmosfir di dalam mobil, sangatlah aneh dan kaku, aku pun memulai pembicaraan saat dia juga memulai pembicaraan.

“Hikaru…”

“Kei-san…”

Kami berdua berbicara di saat yang bersamaan, lalu…

“Kamu bicara duluan, Hikaru-chan”

“O…Okay… Aku hanya ingin tahu, apa alasannya, hari ini Anda mau bertemu denganku?”

Kei-san terdiam (lagi)…

“Kei-san, apabila kamu tidak mau bilang, aku akan turun disini!” ujarku dengan nada (sedikit) mengancam.

“Okay, Hikaru-chan… Aku akan bilang alasannya…”

Aku hanya menatapnya untuk menunggu jawaban darinya…

“Aku mengajak kamu untuk bertemu dengan orang tuaku, mereka ingin aku segera mendapat seorang tunangan atau calon istri… Dan sampai sekarang, aku masih belum mencari tunangan, karena kerjaan di kantor. Karena kamu sebentar lagi akan menjadi asisten pribadiku, aku ingin kamu menolongku kali ini…”

Sekarang aku yang terdiam, sebab aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, ini semua terlalu mendadak.

“Tetapi, kalau kamu ti……..”

“Baik… Aku akan menjalankan tugas ini, tetapi dengan satu syarat, hubungan ini hanyalah pura-pura!”

Kei-san tersenyum, “Okay! You’re my life saver… Sekarang, aku akan membawamu ke rumah orang tuamu dan berusaha sebaik mungkin terlihat seperti sepasang kekasih yang benar-benar sedang jatuh cinta… kamu bisa?”

“Tenang saja, Kei-san. Dulu sewaktu aku masih sekolah, aku pernah mengikuti eskul acting, jadi… kamu serahkan saja padaku…”

Selasa, 28 September 2010

Wedding Dress (Part 2)

Bab 2

Pagi ini, aku bangun lebih cepat dari biasanya, karena aku mendapatkan beberapa ide baru untuk desain terbaruku. Aku menggambar sebuah sweater cardigan yang panjang, tanpa lengan dan berwarna hitam dan tambahan kancing dari bagian leher sampai bagian lutut baju tersebut. Aksesoris yang dipakai anting-anting mutiara, kalung mutiara dan jam tangan metalik.

Selesai menggambarnya, aku kembali ke alam mimpi…

***

Hari ini, para karyawan yang senior sedang sibuk mendandani model yang akan dipotret dan pemotretan hari ini, mereka harus menampilkan sisi feminim dari seorang wanita dalam pakaian berwarna putih dan hitam… Tunggu dulu!

“Sepertinya aku pernah melihat desain itu, tapi darimana ya?...” aku bergumam tidak jelas dan tiba-tiba, “Selamat pagi, Hikaru-san. Apa kabarmu hari ini?” wajahku pastilah sangat terlihat bodoh, sebab aku terkejut melihat bosku di belakangku. “aaaa…. Se…Selamat pagi, Kei-san! Aku baik-baik saja… Oh ya, aku ingin bertanya, pakaian yang dipakai oleh model itu, si…” belum selesai aku berbicara, bosku langsung menjawab, “Kamu pasti ingin tahu, siapa yang mendesain pakaian itu kan?” Aku hanya menganggukkan kepalaku.

Bosku menghela napas dan menggeleng-geleng kepalanya tidak jelas, “Hikaru-san, itu adalah desain yang kamu buat, apakah kamu tidak ingat?” aku terdiam, karena kaget sekaligus senang, lalu… “Yay!!! Aku sangat senang!! Terima kasih yang banyak, Kei-san, karena telah memakai desainku!” Sangkin senangnya, aku tidak sadar aku telah memeluk Kei-san. “Oh… Ya… sama-sama… Tetapi, bolehkah kamu melepaskan pelukannya? Aku tidak bisa bernapas…” aku langsung melepaskan pelukan tersebut dan meminta maaf kepadanya, dan langsung pergi ke toilet.

‘Bodoh!! Kenapa aku memeluk bosku di sana?!! Pasti banyak yang melihat adegan tadi, wah!!! Aku seperti orang bodoh jadinya, ini pasti akan menjadi berita sementara di kantor ini dan mukaku sangatlah merah, karena malu,’ ini semua kata-kata yang terus berulang-ulang di pikiranku hari ini.

***

“sudah jam 6 sore, apa sebaiknya aku lembur saja hari ini? Atau aku pergi ke mall untuk melihat baju baru?” aku tidak sadar, kalau aku ngomong agak keras. “Sebaiknya kamu lembur saja hari ini, aku membutuhkan desain baru darimu lagi hari ini,” suara itu, sepertinya aku pernah dengar, saat aku menoleh ke belakang, “Kei-san?! Aku… aku minta maaf atas kejadian tadi siang, sebab ak…” Kei-san menutup mulutku, “Sstt… Aku tahu, kejadian tadi siang itu tidak disengaja dan sekarang kembali bekerja, aku menunggu desain selanjutnya di kantorku, minimal 10 buah ya,” setelah itu Kei-san balik ke ruangannya, aku pun memulai menggambar.

1 jam kemudian, aku telah menggambar 10 desain dengan 5 tema yang berbeda, dari semuanya, desain yang paling kusukai adalah kamisol, karena kesan inilah yang paling feminim dengan menaruh tali pinggang yang terbuat dari kain berwarna cokelat dan diikat menjadi pita, lalu memakai celana jeans yang pendek dan sepatu flat berwarna putih. Aksesoris yang dipakai bendo polos berwarna putih dan anting-anting dengan lambang bunga putih, rambut diikat satu.

Di ruangan Kei…

“Silahkan duduk, Hikaru-san. Sudah selesai desainnya?”

“Iya, Kei-san. Aku menggambar 5 tema yang berbeda, sebab tidak semua orang suka dengan 1 tema saja.”

“Hmm… kasih aku waktu 5 menit untuk melihat semuanya.”

~5 menit kemudian~

“Wah!! Bagus sekali!! Aku sangat terkesan dengan kerja kerasmu, aku akan memakai semua ide yang kamu buat untuk pemotretan minggu depan dan selamat berusaha, kamu harus mendesain 40 desain lagi, setelah itu kamu akan dipromosikan…” Kei-san terlihat sangat senang, “Baik, Kei-san! Aku pasti akan bekerja keras untuk mencapai target bulan ini. Kalau begitu, aku sudah boleh pulang?” Bosku hanya mengangguk dan aku pun pulang dengan wajah penuh dengan senyuman…


Jumat, 24 September 2010

Wedding Dress

Bab 1

Namaku Hikaru Youmi, umurku 20 tahun, bekerja di bidang fesyen desain di perusahaan Quasimodo. Tiap hari, para model memakai pakaian yang sangat bagus, dan itu semua membuatku iri, sebab model baju yang kudesain, belum mencapai standar yang pas di mata atasanku.

Anyway, aku orangnya sangatlah pendiam di tempat kerjaku, tetapi semua karyawan disini terus menerus menghindariku. Bukankah itu hal yang sangat aneh? Saat aku berada di toilet, aku mendengar sekilas ucapan mereka tentang aku, ternyata mereka menghindariku, karena aku melihat mereka dengan sorot mata yang agak galak.

Aku hanya tertawa kecil saja di dalam hatiku, sebab aku tahu, itu adalah kebiasaan lamaku sejak aku SMP. Aku orangnya, (sebenarnya) ramah, suka berbicara dan kelemahanku adalah aku tidak bisa mengatakan ‘tidak’ untuk membantu orang. Terkadang, aku sudah sangat capai, tetapi, aku kasihan melihat temanku yang tidak mendapatkan bantuan, alhasil, akulah yang berkerja lebih.

Aku memakai kacamata, terkadang kontak lensa yang berwarna ungu atau merah darah. Rambutku panjang sampai batas pinggangku dan agak bergelombang, berwarna cokelat tua. Karena aku seorang fesyen desain, aku selalu memakai baju yang kubuat sendiri. Aku sudah mendesain sebanyak 50 baju dan yang disukai oleh atasanku hanyalah 35 buah dan target yang harus kucapai bulan ini, adalah 100 buah desain yang unik dan menarik!

***

“Hikaru, datanglah ke ruanganku sekarang, ada yang mau aku bicarakan denganmu, segera!” perintah bosku melalui intercom. “Baik, Kei-sama, aku akan segera kesana,” aku pun bergegas ke ruangannya dan bertanya-tanya kepada diriku sendiri, apa yang mau dibicarakan oleh bosku ya?

Di ruang Kei…

“Kei-san, apa yang mau kamu bicarakan?” aku bertanya.

“Aku ingin tahu, apakah kamu telah membuat desain yang baru lagi untuk perusahaan kita hari ini?” dia bertanya.

“Mm… Aku sudah membuat desain yang baru tadi pagi, tetapi aku tidak tahu, apakah kamu suka dengan desainnya atau tidak,” aku mengeluarkan desainku kepadanya.

Okay, let me see…Hmm…”

Aku berusaha untuk tidak terlihat gugup di depannya.

10 menit kemudian…

“Aku suka dengan semua desainmu kali ini, semua terlihat bagus dan modis untuk musim tahun ini. Aku berharap, kamu bisa mempertahankan prestasi ini dan aku akan menunggu desain kamu yang selanjutnya,” Kei-san terlihat sangat puas dan senang akan hasil kerjaku.

“Baik, Kei-san. Aku akan terus berusaha untuk menghasilkan desain yang kamu mau, permisi.”

Aku keluar dari ruangannya dengan penuh aura senang, semua karyawan yang berada di sana menatapku dengan pandangan yang sangat aneh. Tetapi, saat aku membalas tatapan mereka, satu per satu langsung memalingkan mukanya dengan cepat. Aku baru ingat, mereka takut dengan tatapanku, (hehehe)…

Aku lupa mendeskripsikan pakaian seperti apa yang kupakai hari ini, aku memakai tank top berwarna coklat, dengan celana jeans berwarna biru tua, aksesoris yang kupakai, kalung panjang yang lambangnya salib, anting-anting yang lambangnya salib juga, dan rambutku kuikat setengah. Tetapi, aku tidak memakai kontak lensa hari ini, jadi pastinya kamu sudah tahu aku memakai apa.

Aku hanya berharap, semoga aku bisa secepat mungkin mencapai 100 desain baju dalam waktu dekat ini, supaya aku bisa dipromosikan.

Minggu, 12 September 2010

Walk Away

"When I saw you for the first time...
All the things that pop into my mind are wondering, who are you?
But, when I got to know you...
Everything were vanished..."

"All your words that you had promise,
was just nonsense and everything were like a joke to you...
I don't know, are you serious with your word?
Or u just want to play around with me?"

"Day by day,
you never talk to me again...
Then, I just know it...
u were not my mate..."

"So, I try to walk in my own way..
And let you go..
See you happy with the other person,
is more than enough for me..."

Jumat, 27 Agustus 2010

Hi!!

Annyeong haseo! Konnichiwa! Hello!
Aku adakan sedikit perkenalan, apabila ada yang masih belum mengenal aku.
Watashi wa Jenny desu, 16 sai desu...
Artinya: Nama saya Jenny, umur saya 16 tahun.
^^
Maaf kalau aku tidak update blog ini mungkin sudah satu bulan.
Sebab, saat ini aku sibuk dengan kegiatan sekolah.
Mungkin liburan yang akan datang ini, aku akan membuat sebuah cerita baru, yang akan memuaskan para pembaca dan akan berusaha lebih baik lagi daripada cerita-cerita yang sebelumnya.

Arigatou.. ^^

Jumat, 20 Agustus 2010

Illness

In the summer time in my country, it feels hot, usually there is a light breeze, because of global warming effect, the weather in my country was mix and there is no sunny or rainy weather anymore. I can feel the change and it makes me ill almost every month.

One day, I have to go to another country to do some research for my work. When I was in the airplane, the person who sat next to me was having influenza. I think, it’s okay, because it’s just influenza, not the bird or pig influenza, so I just relax and don’t think about what might happen next, if I sat next to her.

Arrive in the airport; I had to do some medical check-up in the airport, before I get out from the airport. When I walk through the medical scanner, suddenly one of the people stop me and ask me to go to a room.

In the room, she checked my temperature and all the things that doctor usually do. After that, she told me that I had fever and some flu. I got shocked at that time, because I was sure enough, before I came here, I did some medical check up, suddenly I can’t feel my feet and my head was like spinning around and all things goes black.

She was pretty shocked, almost shout, but she went out from the room pretty quickly, and ask someone to help her to bring me up to the bed. All people were wondering, what happen inside the room, but some of the securities block their way.

When I wake up, the first thing that I saw was a room with white wall and there is something on my hand. I try to get up, but I can’t get up, I was too weak to get up, then I try to look down at my hand and it was infuse.

“Where… Where am I?” I asked myself; try to remember a single thing. Then, someone come in to my room. “Are you awake, Mr. Ron?” ask the nurse. “Yes, I am. And why can you know my name? Where am I?” I’m totally confused right now. “You’re in hospital right now, Mr. Ron. I can know your name from your identity card, and calm down, now I’ll do some check up,” say the nurse.

I’m freaking out at this room and I don’t know, what happen to me? Suddenly, all my memories were back. I remember what was happening to me yesterday, I came to this country to do some research, and in airplane I sat next to a person who was having influenza and I was being stopped at the medical check up scanner, and I was collapsed, after I heard that I had fever and influenza.

“Mr. Ron, I’ll do some test for you now. First of all you must eat this apple and tell me what you taste,” she gave me the apple, and I eat the apple, but I feel nothing. I try to eat it more, but I don’t know either it’s sweet or sour. I’m totally panicked, but the nurse calms me down.

“Mr. Ron! Please try to calm down and tell me what you taste,” say the nurse. “I…I can’t taste! I feel nothing at all, when I ate the apple, I don’t even know, either it’s sweet or sour?!” I try my best to calm down. “Try to eat a spoonful of sugar now, it will taste sweet,” the nurse sound was kind of not sure, but I give it a try.

When the sugar is inside my mouth, I can’t taste the sweetness of the sugar, and I ate SPOONFUL of the sugar… “Oh God…! What is happening to me? Honestly! Tell me everything, nurse,” so the nurse was telling me every single things.

I try to receive, what was the nurse tell me. I got influenza plus fever about 39 degrees; it’s all because of the person who sat next to me. Now I can’t do my work and I can’t go back to my country, until I was fully sterilized from this ill.

I think, I just lost only one sense, but what happen again in next day, the nurse was testing my other senses, it was smell sense. She gave me a perfume bottle, it was a famous perfume, but when I smell it, I can’t smell a single thing. I tried to smell it one more time, but it’s useless.

The nurse said to me, don’t try to hard or it will make me hurt more. I try to take the nurse advice and wait for some days to get my senses back.

1 week pass…
2 week pass…
1 month pass…
1 year pass…

“Why… Why I can’t get my senses back? And why my influenza gets worse day by day? My fever was gone already, I want to go back to my own country, to have my normal life back, but when will it be? It passed 1 year already… Although, I have money, it’s useless…” I cry without realize, then someone come into my room, I have never seen him before.

“Ron, I’ll free your soul now, set you free from your ill and stay with HIM in the heaven, do you want it?” the sound was so soft and friendly.
“Does it mean that you will take me to God? I want to, because I can’t stand my ill anymore and losing 2 of my senses. Set me free from this, please…”

Then, I see a white light, and all my body was feel so light, it feels like I can fly to the sky and that what was happening now to me, I saw my body at the hospital bed with my face looks so peaceful.

Minggu, 18 Juli 2010

Till The End of Time (Part. 15)

Tamu-tamu mulai berdatangan dan tempat acara ini sudah sangat ramai... aku melihat ada beberapa artis yang datang kesini, mungkin untuk menyanyikan atau memberi beberapa hiburan kepada para hadirin... Orang-orang tidak tahu, bahwa yang menyusun acara ini, sama sekali bukan aku... Ryo sudah menungguku di depan bersama dengan pendetanya, tempat acara ini tergolong tempat yang sangat diinginkan oleh setiap gadis yang akan menikah. Tetapi, aku bukanlah salah satu cewek tersebut...

Hpku tiba-tiba bergetar, aku melihat siapakah yang menelepon, ternyata... Joon!

“Ha...Halo, Joon... Ada apa kamu meneleponku?”
“Hime, kenapa kamu sama sekali tidak memberitahukan aku, bahwa hari pernikahanmu dipercepat satu minggu? Apakah kamu sangat tidak ingin aku datang untuk menemuimu?”
“Joon, dengarkan penjelasanku dulu. Aku bukannya tidak ingin memberitahukanmu, tapi....”
“Tapi apa?”
“Tapi, aku... aku tidak sanggup memberitahukanmu... Sewaktu kamu keluar dari kamarku, Ryo masuk ke kamarku dan dia sangat marah, setelah mendengar percakapan kita semua...”
“Kenapa kamu tidak langsung meneleponku dan bilang semuanya kepadaku? Aku bisa menelepon Ryo dan menjelaskannya!”
“Joon, maafkan aku... Tetapi, biarkanlah waktu yang akan menjelaskan semua ini, aku sangat senang telah berteman denganmu dan terima kasih atas perasaan kamu ke aku... Sebentar lagi, acara pernikahan ini akan dimulai, aku akan menjalankan apa yang seharusnya kulakukan untuk orang tuaku...”
“Hime, sebentar! Kamu masih boleh memilih jalan hidupmu sendiri, kamu masih bisa.....”
“Maaf sekali lagi, Joon. Aku tidak bisa, aku tidak ingin memilih sesuatu yang membuat keluargaku tidak suka, sekali lagi, maafkan aku... Joon, aku tidak bisa berbicara denganmu lebih lama lagi, sebab, sebentar lagi, aku akan dibawa keluar...”
Aku langsung menutup telepon tersebut dan berusaha untuk tetap tersenyum.
“Halo? Halo, Hime?? Argh! Sial! Aku harus segera kesana, untung saja hari ini aku berada di sini...”

Hadirin sudah duduk di tempatnya masing-masing, dan yang terdengar hanyalah alunan lagu pembuka untuk beberapa penari balet menunjukkan keahliannya... Setelah itu, ayahku masuk ke ruangan tungguku dan aku menggandeng tangannya dan kami pun keluar dan berjalan pelan ke arah panggung. Aku bisa merasakan mata para hadirin semuanya tertuju padaku, aku merasa sangat tidak nyaman akan hal itu.

Sesampainya di panggung, ayahku kembali ke tempat duduknya, dan Ryo mengulurkan tangannya untukku, aku pun menerima uluran tangan tersebut dengan ragu. Pendeta tersebut memulai acara ini dengan doa kepada Tuhan, meminta berkat kepadaNya, supaya acara hari ini akan berjalan lacar dan tidak ada halangan.

“Amin... Baik, kita akan mulai dengan ucapan janji suci antar pernikahan suami istri. Ehem...” aku mulai gugup dan tidak bisa berpikir secara tenang. “Kuroi Ryo, apakah kamu akan bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bersedia untuk menerima Hime Sakuranomiya untuk menjadi istrimu selamanya di sampingmu, sewaktu duka maupun suka, sampai maut memisahakan kalian berdua?” Ryo bedeham.

“Aku, Kuroi Ryo, aku akan bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan aku bersedia menerima Hime Sakuranomiya menjadi istriku selamanya di sampingku, sewaktu duka maupun suka, sampai maut memisahkan kita berdua.”

Pendeta tersebut sekarang bertanya kepadaku, “Hime Sakuranomiya, apakah kamu akan bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bersedia untuk menerima Kuroi Ryo untuk menjadi suamimu selamanya di sampingmu, sewaktu duka maupun suka, sampai maut memisahkan kalian berdua?” Oh God, what should I answer?

“Aku....aku.... Hime Sakuranomiya, aku akan...bersumpah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan aku... bersedia menerima Kuroi Ryo menjadi... su...” aku tidak sanggup lagi, aku menangis tanpa sadar. “Hime, kenapa kamu menangis? Apakah kamu tidak sanggup melakaukan ini semua? Ingat, orang tuamu sangat berharap akan pernikahan ini, kamu tidak mau kan orang tuamu terluka hanya karena mu?” Ryo berbisik kepadaku.

Aku teringat akan hal itu dan berusaha untuk menyelesaikan kata-kata itu sampa habis, “aku bersedia menerima Kuroi Ryo menjadi suamiku selamanya di sampingku, sewaktu duka maupun suka, sampai maut memisahkan kita berdua...” hadirin yang datang langsung bertepuk tangan yang sangat meriah, Ryo hanya tersenyum, aku hanya bisa tersenyum lemah.

Pendeta pun berkata, “Baiklah, apabila tidak ada keluhan dari hadirin sekalian, pernikahan ini akan dianggap sah dan mereka akan resmi menjadi suami istri, aku akan menunggu selama 3 detik, satu.... dua.... ti....” Brak! (suara pintu terbuka)... Aku sangat kaget, orang yang berada di depan itu adalah Joon, dia datang ke acara ini dan sepertinya dia sangat kelelahan...

“Aku.... hah.... aku mempunyai keluhan untuk pernikahan ini!” sekejap semua hadirin sangat kaget akan kehadiran seorang bintang yang sedang naik daun. “Joon...” ucapku dalam suara kecil, ternyata Ryo mendengarnya, dia langsung berkata kepada pendetanya...

“Pastor, sebaiknya sahkan saja pernikahan ini sekarang, sebab orang tersebut adalah orang yang tidak diundang dalam acara ini...” Pastur tersebut menggelengkan kepalanya, “Maaf, Kuroi. Aku tidak bisa melakukan hal tersebut, walaupun tamu tersebut tidak diundang, peraturan tetaplah per....” Tatapan mata Ryo kepada pendeta tersebut membuatnya terdiam dan tidak berani melawan perkataan Joon.

“ehem! Baiklah, karena tamu tersebut bukanlah tamu yang diundang, maka aku sahkan pernikahan ini dan mereka....” Joon tiba-tiba sudah di panggung, “Pendeta, apakah kamu setuju pernikahan ini tetap dilanjutkan, meskipun ada keluhan dari seseorang?” Pendeta tersebut terdiam, sebab dia sangat bingung apa yang harus dilakukannya.

Tiba-tiba ayahku berdiri, “Kuroi Ryo, aku berharap kamu melakukan apa yang aku suruh tadi...” ayahku tersenyum pada Ryo, aku bingung apa yang telah terjadi... “Tentu, paman. Aku sudah melakukannya, kita sudah mendapatkan bukti-bukti juga. Aku rasa, sudah waktunya kita menghentikan sandiwara ini,” Ryo tersenyum padaku.

Aku, Joon dan para hadirin yang berada di sini, semuanya terlihat sangat bingung, ibuku terlihat berusaha untuk menahan tawanya, Ryo tiba-tiba berbicara, “Pendeta, aktingmu sangatlah bagus, sekarang saatnya pernikahan yang sesungguhnya dimulai...” Pendeta tersebut mengangguk.

“Ehem! Baik, Lee Hye Joon dan Hime Sakuranomiya, silahkan maju ke atas altar suci ini dan mari kita ucapkan janji suci yang sebenarnya...” Setelah kami mengucapkan janji suci, bertukar cincin dan memotong kue, orang tuaku menjelaskan semuanya padaku, bahwa mereka hanya berpura-pura marah padaku, sebab mereka ingin tahu, apakah Joon benar-benar tulus mencintaiku?

Aku memeluk orang tuaku dan mengucapkan sangat banyak terima kasih kepada Ryo dan semuanya yang telah mempersiapkan ini semua... Ternyata, hingga akhir waktu (Till The End of Time), Tuhan mengabulkan doa kita...

~The End~

*Pembaca, apakah anda merasa kaget? Puaskah dengan cerita ini? Atau adakah masukan lain? Silahkan berkomentar... Sebab, inilah akhir dari cerita ini... Aku bingung mau mengucapkan apa lagi, tetapi aku sangat senang, karena ada pembaca yang membaca dari awal cerita ini dibuat sampai akhir cerita...  Thanks for the support!

Kamis, 15 Juli 2010

Till The End of Time (Part 14)

Besok adalah hari pernikahanku, waktu berjalan sungguh cepat. Orang tuaku dan orang tua Ryo sangatlah sibuk dengan dekorasi untuk acara ini, Ryo tidak bisa datang siang ini, sebab ada urusan yang harus diselesaikan di kantornya. Sedangkan aku daritadi berjalan sana sini, tidak ikut membantu, pikiranku sangatlah kacau, karena waktu pernikahanku dipercepat, Joon sama sekali tidak tahu, bahwa besok adalah hari pernikahanku. Aku tidak berani meneleponnya, karena aku tahu jadwalnya pasti sangat padat.

“Hime-chan...” ibuku tiba-tiba sudah berada di sampingku.
“Okasan, jangan membuat aku kaget dong... Untung saja aku tidak pingsan,” gurauku padanya.
Sesaat ibuku tersenyum padaku, tetapi pandangan matanya terlihat sangat sedih. Aku pun menggenggam tangan ibuku.
“Okasan, kenapa wajahmu terlihat begitu sedih? Seharusnya kamu ikut senang, sebab besok aku akan menikah,” aku berusaha untuk terlihat senang.
“Hime-chan, kamu tidak usah berpura-pura di depan ibumu ini. Ibu sangat tahu, bahwa kamu sangat sedih dan kamu masih mencintai lelaki itu kan?”
Aku langsung memeluk ibuku, “Okasan, aku... aku tidak sanggup menahan ini semua lagi...” dan menangis di pelukan ibuku.
“Oh, anakku... bersabarlah, ibu tahu itu semua. Ibu akan ceritakan satu hal, mengapa ayah kamu sangat memaksamu untuk menikah dengan Ryo, maukah kamu mendengarnya?”
Aku hanya mengangguk lemah.
“Dulu, sewaktu ayah dan ibu baru menikah, orang tuanya Ryo adalah teman baik kami berdua sejak kecil, dan sewaktu ibunya mengandung, mereka pindah ke Amerika, karena perkerjaan suaminya. 3 tahun kemudian, mereka kembali ke Hokkaido, kamu baru saja 1 tahun, sedangkan Ryo sudah 3 tahun. Lalu ayahmu dan ayahnya berbincang-bincang, dan sampailah topik ini, mereka berniat untuk menjodohkan kamu dengan Ryo dan menikah saat Ryo berumur 19 tahun...”
“Tetapi, kenapa, Ma? Doshite? Kenapa aku tidak boleh memilih pasanganku sendiri? Berarti ayah sudah tahu semua ini?”
“Hime! Tenang dulu, ibu tahu kamu sangat tidak suka akan perjodohan ini, tetapi ibu mohon padamu, terimalah keputusan ayah kamu. Walaupun kamu harus mengorbankan kebahagiaanmu sendiri, tetapi berdoalah, semoga akan terjadi keajaiban besok.”

Setelah pembicaraan itu, aku berusaha untuk menerima semua ini dan mencoba untuk melupakan Joon dari pikiranku, aku sudah tidak terlalu mengharapkan keajaiban untuk pernikahan besok, aku hanya ingin melihat ayahku dan ibuku bahagia... Malam itu, aku tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena mimpi burukku.

Di dalam mimpiku, aku melihat tentang pernikahan besok, saat Ryo selesai mengucapkan janji suci tersebut, pendeta tersebut menanyakan pertanyaan tersebut kepadaku, tanpa kusadari, aku menolak untuk menjadi istrinya dan meminta maaf kepada semua orang. Tiba-tiba, penyakit ayahku kambuh, wajahnya terlihat sangat terluka dan dia jatuh pingsan. Semua orang sangat panik dan ambulan pun segera datang dan membawa ayahku ke rumah sakit.

Sewaktu dokter keluar dari ruangan ICU, wajahnya terlihat sangat ragu. Ibuku bertanya tentang keadaan ayahku, dokter tersebut hanya menggeleng dan meminta maaf, karena tidak sempat menyelamatkan ayahku, ibuku sangat kaget dan dia pingsan. Aku sangat shock akan semua ini, aku terus merasa, bahwa akulah yang telah membunuh ayahku. Tiba-tiba, jam weker membangunkanku, dan aku merasa lega, karena ini semua hanya mimpi.

“Ya Tuhan, hamba mohon kepadaMu, supaya acara hari ini berjalan lancar, dan tidak ada kejadian yang mengerikan seperti di dalam mimpiku. Amin,” selesai berdoa, aku langsung mandi dan bersiap-siap untuk dirias, acara pagi hari ini, aku memakai gaun tradisional Jepang dengan make up yang tidak terlalu menonjol.

Dan malam pun datang, acara peresmian untuk pernikahan ini akan dimulai...

*Wah! Satu part lagi, maka cerita ini akan selesai... Aku sangat bingung, saat menuliskan chapter ini, sebab aku tidak tahu apa yang harus kulakukan... Tetapi, setelah mendengar beberapa lagu, terciptalah ide untuk menulis cerita ini... Aku menulis part ini berdasarkan mood lagu yang dimainkan, semoga cerita ini bisa memuaskan pembaca... :D
Sampai jumpa di part berikutnya.... XD

Till The End of Time (Part 13)

Tanggal pernikahan aku sudah dekat, mungkin tinggal 2 minggu lagi, apakah memang dia jodohku? Cinta Ryo kepadaku sangatlah tulus, walaupun dia tahu, aku masih belum bisa mencintainya, dia terus bersabar... Oh God, what should I do? Should I marry him? Itulah yang aku pikirkan selama 1 bulan ini.

Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunanku, “Silahkan masuk, pintunya tidak aku kunci,” aku sama sekali tidak menoleh ke arah pintu, sedikit pun aku tidak tahu siapa yang masuk dan orang tersebut memelukku dari belakang, “Dare?” aku sangat kaget, dan berusaha untuk melepaskan pelukan tersebut, tetapi, aku tidak bisa melepaskannya. “This is me...” suara yang telah aku rindukan selama ini, tetapi, apakah ini mimpi?

“J...Joon? Apakah ini kamu? Tidak mungkin, aku pasti bermimpi...” Joon memutar kursiku, “Kamu pasti menganggap ini mimpi... Kamu boleh memegang wajahku, untuk memastikan ini mimpi atau tidak?” Joon mengedipkan matanya. Aku pun memegang wajahnya, dan ini semua bukan mimpi. “Joon...... Ini semua bukan mimpi, aku....aku sangat rindu padamu....” aku langsung memeluknya dan menangis.

“Aku juga, Hime-chan. Aku sangat merindukanmu, tetapi aku tidak bisa lama-lama disini, soalnya aku masuk secara diam-diam,” Joon tertawa kecil, tidak ada yang mau melepaskan pelukan tersebut, tetapi ada yang menelepon ke telepon Joon saat itu, kami pun melepaskan pelukan tersebut. Sepertinya, Joon menerima telepon tersebut dari manajernya, aku ingin tahu, mereka membicarakan tentang hal apa...

“Wakarimasu, aku akan segera balik ke Jepang,” itulah akhir dari pembicaraan Joon dan manajernya. “Joon-kun, apakah yang menelepon tadi manajer kamu? Kalau aku tidak salah dengar, kamu akan balik ke Jepang lagi?” aku berusaha untuk menutupi rasa kecewaku. “Ya, dia adalah manajerku. Aku harus segera kembali ke Jepang, ada pekerjaan yang baru untukku, kamu masih ingat kan? Kalau aku tidak sukses, kamu akan menghajarku kan? Hahahaha...” Joon berusaha untuk mencairkan suasana dan itu berhasil.

“Iya, aku pasti akan menghajarmu... Tapi, sayangnya, mungkin aku tidak akan bisa menghajarmu, sebab kamu sangat sukses sekarang... apakah kamu tahu? Fans kamu di Korea sangatlah banyak, kadang ada yang datang ke rumahku, hanya untuk bertanya tentang kamu, apakah kamu tahu, aku sangat kesal akan hal tersebut!” Aku pura-pura marah dengan Joon dan menoleh ke arah lain.

“Hime, aku masih mencintaimu. Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi, perasaan ini tetap tidak bisa menghilang. Apa yang harus kulakukan?” aku sangat kaget, atas pengakuan Joon, “Aku...Aku...tidak tahu...apa yang harus aku bilang, Joon... Aku...” Joon memelukku secara tiba-tiba, “Shht... Aku tahu ini tidak boleh kulakukan, tetapi, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, maukah kamu membatalkan pernikahanmu dengan Ryo?”

Pelukan dan perkataan Joon membuatku tidak bisa membohongi perasaanku lagi, “Aku... aku juga sangat mencintaimu, Joon. Kalau hingga akhir waktu nanti, kita memang berjodoh, kita pasti bisa bersatu lagi. Tetapi, sekarang aku sama sekali tidak bisa membantalkan pernikahan ini, penyakit ayahku pasti akan kambuh, dan bisa mengakibatkan kematian. Maafkan aku, Joon,” Aku menangis dalam pelukannya dan Joon tetap memelukku sampai aku berhenti menangis.

“Hime, maaf, aku tidak bisa menemanimu lagi, aku harus berangkat ke Jepang sebentar lagi,” walaupun mereka berdua tidak mau melepaskan pelukan tersebut, waktu berkata harus. “Baiklah, terima kasih... telah mencintaiku, Joon. Maafkan aku sekali lagi, aku tidak bisa bersama denganmu. Mungkin ini tidak terlalu sopan, maukah kamu... datang ke acara pernikahanku?”

Joon berusaha menutupi perasaan terlukanya, “Aku akan berusaha untuk datang ke acara kamu, semoga jadwalku tidak penuh ya,” Joon tersenyum, mereka pun berpisah. Ternyata, Ryo daritadi berada di depan pintu, tetapi mendengar Joon sudah mau keluar, dia bersembunyi dan langsung masuk ke kamar Hime.

Hime tidak tahu bahwa ada yang memasuki kamarnya lagi, sewaktu dia berjalan ke arah tempat tidurnya, ada tangan yang menahannya dan suara yang sangat marah dan kecewa, “Sakuranomiya! Aku sama sekali tidak percaya, kamu bertemu dengan Joon di belakangku dan mengatakan padanya, bahwa kamu masih mencintainya! Sebenarnya, aku ingin mengundurkan waktu pernikahan ini, supaya tidak terlalu cepat untukmu. Tetapi... Ini semua tidak akan terjadi lagi, waktu pernikahan kita akan dipercepat, 1 minggu lagi...”

Ryo keluar dari kamarku, aku hanya terduduk diam dan pikiranku kosong, aku ingin sekali berteriak dan menghentikan semua ini... “Ya Tuhan, kenapa hidupku menjadi begini? Aku sama sekali tidak menginginkan semua ini.... Apabila aku menangis dan menangis terus, semua masalah ini tidak akan berhenti... Aku berjanji untuk tidak menangis lagi...”

*Aku merasa sedih saat menuliskan part ini, sebab ini menyadarkan aku sendiri, bahwa hidup ini dipenuhi berbagai cobaan dan kita tidak boleh mengeluh dalam menghadapinya. Ingat, menangis bukanlah suatu hal yang bisa menyelesaikan masalah. Tetapi, berbicara dengan seseorang yang kamu percaya dan menyelesaikannya dengan berbagai solusi. Semoga advice aku berguna... hhe.. >.

Selasa, 13 Juli 2010

Till The End of Time (part 12)

Setelah mereka keluar dari ruangan dokter, dokter tersebut tidak bisa menahan tawanya lagi. “Hahaha... Untunglah tidak ketahuan, aku sangat merasa bersalah kepada Hime, matanya agak bengkak, akibat menangis. Semoga Joon akan segera menyelesaikannya secepat mungkin,” dokter tersebut berusaha untuk tidak ketawa lagi.

“Ryo, bolehkah aku bermalam disini hari ini? Aku ingin menemani Joon ....” Ryo langsung memotong pembicaraannya, “Tentu saja boleh, Hime-chan. Aku akan menginap di hotel malam ini, besok aku akan membawa baju ganti dan sarapan untukmu,” setelah mengecup kening Hime, Ryo pun pergi ke hotel.

Di kamar Joon, “Joon, maafkan aku tadi. Aku pasti telah membuatmu kaget, aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi. Namaku Hime Sakuranomiya, tetapi dulu kalian sering memanggilku dengan nama baptisku, Mirabella. Kita berteman sejak umur 3 tahun, apa kamu ingat Ryo? Dia juga sahabat kita, cumanya dia tidak terlalu suka denganmu,” Hime tidak sadar, bahwa Joon tersenyum saat itu dan tetap melanjutkan, “Oh ya, apakah kamu ingat, cita-cita kamu itu menjadi aktor yang terkenal dan disukai setiap orang... Aku baru sadar, bahwa aku masih mencintaimu (saat mengatakan kalimat ini, suaraku hampir tidak terdengar) ...”

“Hahahahaha....” Joon tidak bisa menahan tawanya lagi, “Maaf, Hime-chan. Seharusnya aku tidak membohongimu seperti ini, aku sebenarnya tidak mengalami kecelakaan apapun. Aku hanya ingin mengetes perasaanmu terhadapku, dan bagaimana kemampuan aktingku,” Hime menangis, mukanya terasa panas, aku sangat marah kepada Joon, “Lee Hye Joon! Teganya kamu membohongiku!! Apakah kamu tahu betapa khawatirnya aku padamu?! Aku... Aku...”

Joon memelukku dan terus meminta maaf, “Hime, maafkan aku... Aku sadar, aku salah, karena telah membohongimu dengan cara seperti ini. Aku tidak bisa melepaskanmu begitu saja, walaupun aku tahu, kamu sudah bertunangan dengan Ryo,” Hime melepaskan pelukan Joon dengan halus, “Joon, aku... juga tidak bisa melepaskanmu, tetapi kita harus bisa menghadapinya, sebab kamu sudah tahu, kenapa aku melakukannya.”

“Yah, aku tahu. Karena itu, aku tidak akan menyerah untuk mendapatkanmu kembali...” aku sangat senang mendengar Joon berkata seperti itu, “Aku akan menunggumu, Joon...” malam itu, aku tertidur pulas dalam pelukan Joon.

Keesokan harinya, Ryo datang ke rumah sakit dan sewaktu dia melihat Hime tertidur pulas dalam pelukan Joon, dia sangat terluka dan “Lee Hye Joon! Apa yang kamu lakukan? Bukankah kita sudah sepakat, apabila Hime sudah bertunangan denganku, kamu tidak akan mengganggunya lagi?” suara Ryo membangunkan Hime dari tidurnya. “Ryo...kun, apa maksud kamu itu?” aku sangat bingung. “Tidak apa-apa, Hime. Ryo, aku tidak jadi mengikuti kesepakatan tersebut, kalian belum menikah, aku masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkannya!” Ryo pergi begitu saja, dia sangatlah marah dan sangat ingin menghajar Joon, teringat ada Hime disana, dia tidak berniat untuk melakukannya.

“Joon, aku menghargai apa yang yang kamu ucapkan semalam kepadaku, setelah semalam, aku sudah berpikir untuk menarik kata-kataku untuk menunggumu, sebab ini semua tidak akan terjadi. Tanggal pernikahanku sudah ditetapkan, setelah aku tamat SMA, aku akan dinikahkan dan waktu itu sudah mau mendekat, 2 bulan lagi, dan karir kamu juga sudah dimulai,” saat berkata kepada Joon, aku berusaha untuk menghindari tatapannya yang terlihat terluka saat itu.

“2 bulan lagi? Baik, aku tahu. Kita lihat saja nanti, apa yang bisa kulakukan...” aku merasa itulah pembicaraan terakhirku dengan Joon, saat aku pulang dengan Ryo, karir Joon pun dimulai. Karena jadwalnya sangat padat, kami sangat jarang bertelepon, mungkin sudah tidak pernah, aku pun sibuk dengan ujian akhir sekolah.

Baju pernikahanku sudah siap dan tempat pernikahan, kartu undangan, semuanya sudah disiapkan. Tetapi, apakah aku siap untuk menikahi Ryo secepat ini? Walaupun, aku sudah bisa menerima Ryo sebagai tunanganku, bukan berarti aku mencintainya. Semoga, sampai di akhir waktu nanti, aku bisa melihatnya, sebelum aku menikah dengan Ryo...

*Okay, part 12 ini terlihat sedikit sedih dan lucu, itu menurutku... Nah, aku akan menantikan komentar kalian tentang part ini ya... Supaya aku tahu, apakah ini bagus atau tidak... Thank you.. ^.^/

Senin, 12 Juli 2010

Till The End of Time (part 11)

Malam pun datang, para tamu mulai berdatangan ke rumahku, tetapi aku sangat bingung, kenapa perasaanku sangat tidak enak, apakah ada sesuatu yang telah terjadi? Aku sangat ingin menelepon Joon, menanyakan keadaannya. Saat aku mau meneleponnya, ada telepon yang masuk dan itu dari Joon, spontan aku langsung mengangkatnya.

“Halo, Joon... Apa ka....”
“Maaf, apa kamu temannya Lee Hye Joon? Kami dari rumah sakit Tokyo, kami mau mengabarkan teman kamu mengalami kecelakaan, pesawat yang dinaikinya jatuh saat mendarat, tetapi puji syukur kepada Tuhan, dia selamat dan mengalami beberapa luka di beberapa bagian tubuhnya. Apakah kamu bisa memberitahu keluarganya?”
“A...Apa? Joon koma? Dia mengalami kecelakaan? Oh Tuhan, aku akan segera kesana. Terima kasih telah memberitahu aku.”

Air mata Hime turun begitu saja, make up yang dipakainya luntur, karena air matanya, aku tidak sadar bahwa ada yang masuk ke dalam kamar riasku. “Hime? Kenapa kamu menangis? Acara akan dimulai sebentar lagi dan ......” Rio terkejut melihat ekspresi Hime yang kosong dan terlihat sangat pucat. “Rio... Joon... Joon mengalami kecelakaan, pesawat yang dinaikinya jatuh saat mendarat... Aku... Aku ingin kesana sekarang juga...” aku mencoba untuk berdiri, tetapi tidak bisa, tenagaku drop begitu saja, Rio langsung menahanku, “Hime, aku akan membawa kamu ke Tokyo, tetapi... bagaimana dengan acara hari ini?”

“Aku akan menerima semua acara pertunangan ini, asalkan aku boleh pergi ke Tokyo malam ini juga,” Rio mengecup kening Hime dan menghapus air matanya, “Tentu, Sakura-chan. Aku pasti akan membawamu ke sana, malam ini juga. Sekarang, sebaiknya kamu merias diri kamu sendiri, dan tetap kelihatan untuk semangat.” Setelah itu, Rio keluar dan Hime langsung merias dirinya.

Acara pertunangan pun dimulai, “Bolehkah aku meminta perhatian bapak, ibu dan saudara-saudari yang hadir di sini? Acara pertunangan ini akan kami mulai sekarang,” terdengar applause yang cukup besar dari para hadirin, Rio dan Hime pun memasuki panggung acara. “Hari ini, kita akan menyaksikan acara pertunangan antara anakku, Hime Sakuranomiya dan calon menantuku, Kuroi Ryo. Baik, kita akan mulai peresmian awal ini.”

“Kuroi Ryo, apakah kamu bersedia menjadi tunangan Hime Sakuranomiya?”
“Aku bersedia menjadi tunangannya.”
Rio memegang tanganku dan tersenyum, (Oh ya, nama panggilan Ryo adalah Rio), aku membalas senyumannya.
“Hime Sakuranomiya, apakah kamu bersedia menjadi tunangan Kuroi Ryo?”
“Aku...Aku bersedia... menjadi tunangan...nya”
Aku terlihat sangat tidak yakin, hatiku berusaha untuk menerima semua ini.
“Sekarang, kalian sudah resmi sebagai tunangan malam ini, dan silahkan kalian berdua memakaikan cincin tunangan tersebut kepada pasangan anda.”
Setelah memakai cincin, Rio langsung menuntunku ke mobilnya.

“Ryo-kun! Acara masih berjalan, apakah tidak apa-apa kita meninggalkan acara begitu saja?” Aku sangat panik dan berusaha untuk melepas genggaman Rio. “Masuk ke mobil, aku sudah memesan dua tiket dan baju untuk bermalam sudah ada,” nada bicara Rio sangatlah dingin dan ada kesan bahwa dia cemburu. “Ryo-kun, sebelum itu, aku... aku tidak tahu, apa yang harus kulakukan untuk membalas semua ini, aku sangat berterima kasih kepadamu,” aku berjinjit sedikit dan mengecup pipi Ryo dan masuk ke dalam mobil.

Ryo sangat kaget saat Hime mengecup pipinya, setelah agak sadar, dia langsung tersenyum dan masuk ke dalam mobil. Di dalam perjalanan ke bandara, sama sekali tidak ada yang berbicara, mereka berdua hanyut dalam keheningan. Tak lama kemudian, pesawat mereka pun berangkat ke Tokyo.

Keesokan harinya, mereka sampai di Tokyo dan langsung menuju rumah sakit. Di sana, Hime langsung berlari memasuki kamar Joon, Rio tidak ikut masuk, dia tahu Hime ingin berdua dengan Joon.

“Joon, apakah kamu baik-baik saja?” Saat Hime masuk, Joon sudah sadar.
“Aku... Aku baik-baik saja... Darimana kamu mengetahui namaku? Apakah kita saling kenal?” Hime terlihat sangat kaget, begitu juga dengan Ryo yang tidak sengaja mendengarnya.
“Joon... Kamu sedang bercanda ya? Ini aku, Hime... Hime Sakuranomiya. Sahabatmu sejak kecil dan orang yang kamu sukai. Joon, aku mohon jangan bercanda di saat-saat seperti ini...”
“Hime...Sakuranomiya? Aku sama sekali tidak bercanda, aku sama sekali tidak mengenalmu. Urgh!... Kepalaku... sakit sekali....!”
“Joon? Joon, kamu kenapa? Ryo, cepat panggil dokter!”
“Baik, tunggu sebentar...”
“Joon, bertahanlah, dokter akan segera datang...”
“Urgh!! Aku... aku...”
Joon pingsan, sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, “JOON!!!!”
Aku berteriak histeris, dokter pun datang.

15 menit kemudian...

“Dokter, apa yang telah terjadi dengan Joon? Dia baik-baik saja kan? Kenapa dia tidak...” Ryo memotong langsung, “Sakura! Tolong, aku mohon padamu, tenang sejenak, aku paham kamu sangat takut kehilangannya, tetapi tenang!” Ryo memegang pundakku, aku pun diam. Lalu dokter tersebut menjelaskan semuanya di dalam ruangannya, “ Maaf sebelumnya, kami para tim medis, sama sekali tidak mengira bahwa Joon mengalami gegar otak ringan,” wajah dokter tersebut terlihat sangat kaku.

“Tidak apa-apa, dok. Tetapi, apakah hal ini akan berlangsung lama?” Rio bertanya.
“Tergantung dengan pasien, biasanya paling cepat 3 bulan, paling lama bisa lebih dari 1 tahun.”
“Baiklah, terima kasih, Dok. Kami permisi dulu.”
“Oh ya, satu hal, kalian tidak boleh terlalu memaksa Joon untuk mengingatnya, sebab akan berakibat fatal untuknya.”
“Kami pasti akan mengingat hal itu.”

*Maaf”.. Pembaca pasti sangat bingung kan? Kenapa Joon mendadak kecelakaan, sebenarnya aku pun bingung... Tetapi, kita lihat saja kelanjutannya, apakah Joon akan mengingat Hime secepat mungkin? Tunggu kelanjutannya ya... >.

Minggu, 11 Juli 2010

Are You the One?

From: J

“Senyumanmu yang manis,
Selalu terlihat di wajahmu..
Membuat orang lain merasa senang,
Saat mereka berada di dekatmu…

Pandangan matamu kepadaku,
Membuat hatiku berdebar-debar…
Walaupun aku tahu,
Kamu bukanlah milikku…

Kamulah yang telah membuat,
Hidupku terasa sempurna sekarang…
Apakah aku harus melepaskanmu,
Setelah berkian-kian tahun aku menunggumu?”


To: Someone

I love you

Ketikaku melihatmu,
Jantungku berdetak cepat...
Ketika aku berbicara denganmu,
Aku merasakan sesuatu...

Ketika berada di dekatmu,
Rasanya nyaman dan tenang...
Ketika berpisah darimu,
Ada perasaan sedih di hatiku...

Apakah kamu merasakannya?
Cinta itu memang aneh...
Satu frase untukmu,
"I love you"

Till The End of Time (part 10)

Dua hari kemudian, Rio datang ke rumahku bersama dengan orang tuanya. Hari pertunanganku sudah ditetapkan, hari dimana Joon pergi ke Jepang, yaitu tanggal 7 September. Aku tidak bisa mengantarnya ke bandara, walaupun bisa, aku tidak sanggup, aku takut aku akan menangis di depannya dan tidak ingin melepaskannya. Sekarang, aku sedang mencoba beberapa dress formal untuk acara pertunanganku.

“Wah, Hime. Kamu terlihat sangat cantik dengan dress yang berwarna kuning keemasan ini, mm... kita ambil baju ini saja ya, Rio pasti suka melihat kamu dengan dress ini,” kata Ibu Rio dan setelah itu kami membayar baju tersebut dan pergi ke sebuah cafe. Sesampainya di sana, teleponku berbunyi, dari nada deringnya, telepon ini dari Joon. “Tell me goodbye, tell me goodbye...”, “Tante, maaf, aku permisi sebentar. Aku mau mengangkat telepon,” aku bergegas ke toilet wanita.

“Hime, kamu ada dimana sekarang?”
“Joon...a... aku ada di Cafe Lolli, aku sedang bersama Ibu Rio.”
“... Oh, aku sudah mendengar kabar pertunanganmu, err... Selamat ya, semoga kamu bahagia bersamanya. Maaf, aku tidak bisa hadir ke acara pertunanganmu, karena jadwal pe...”
“Karena jadwal penerbanganmu itu pesawat paling pagi kan? Tidak apa-apa, Joon. Terima kasih atas ucapan selamatmu, semoga kamu sukses dengan pekerjaanmu di Jepang. Aku akan menunggu film yang akan dikeluarkan olehmu, jangan sampai gagal loh! Kalau gagal, aku akan datang ke Jepang untuk menghajarmu!” Aku berusaha untuk tidak terlihat sedih.
“Hahaha... Baiklah, aku tidak akan gagal, aku tidak mau dihajar olehmu... Oh ya, sudah dulu ya. Lain kali aku akan meneleponmu lagi, sekali lagi, selamat atas pertunanganmu.”
“Terima kasih, Joon. Sampai jumpa di lain waktu.”

Telepon itu berakhir begitu saja, Hime tidak tahu, kalau daritadi tantenya mendengar semua pembicaraan mereka, dia terlihat sangat kaget, sebab Hime terlihat sedih saat mengakhiri pembicaraan mereka, dia pun bergegas kembali ke tempat duduknya, supaya Hime tidak curiga. Tak lama kemudian, mereka memesan minuman dan snack ringan, mereka pun mulai berbincang.

“Mm... Hime, tante mau bertanya sesuatu sama kamu, kamu harus jawab yang jujur ya,” Tante tersenyum kepadaku, aku pun menjawab, “Baik tante, aku pasti akan jawab yang jujur kepada Tante,” aku berusaha supaya tidak gugup. “Apakah kamu mencintai anak Tante?” Sesaat aku sangat ingin lari dari soal ini, tetapi aku berusaha menjawab dengan yakin, “Aku... Aku menyu... menyukai Rio sejak kecil, tante. Dia...Dia adalah orang yang aku suka sejak kecil,” akhirnya kata-kata ini bisa keluar dari mulutku, walaupun hatiku memarahiku untuk tidak jujur.

“Benarkah itu? Baguslah, Tante sangat lega mendengarnya, baiklah setelah ini kamu pulang dan istirahatlah, karena kamu harus terlihat fresh untuk acara pertunangan kalian besok,” setelah membayar, Tante mengantarku pulang ke rumah dan malam itu aku sangat ingin kembali pada waktu, Joon menyatakan perasaannya kepadaku.

Keesokan harinya di bandara internasional Korea, ‘Apakah aku harus menelepon Hime sebelum aku pergi, tetapi aku takut, aku tidak bisa melupakannya, apabila aku meneleponnya sekarang.’ Tak lama kemudian, pesawat yang akan dinaiki Joon akan berangkat sebentar lagi.

Keadaan di rumah Hime sangatlah sibuk, sebab acaranya diadakan di rumahnya. Hime sudah siap mengganti bajunya dan sudah selesai di make up, sebenarnya, aku tidak memerlukan make up lagi, sebab aku tidak suka memakai make-up, akhirnya, mereka setuju untuk memberikan warna make up yang natural. Setelah itu, aku berjalan-jalan di taman rumahku, tiba-tiba, ada yang menutup mataku.

“Rio? Apakah ini kamu?”
“Wow...! Hime-chan, kenapa kamu bisa menebak bahwa ini aku?”
“Sebab, aku tahu, sejak kecil kamu suka melakukan ini terhadapku...”
“Oh, ternyata kamu masih ingat. Hahaha... anyway, kamu cantik sekali, dan make up kamu pas dengan dirimu.”
Oh ya, aku lupa memberitahukan, Rio sudah bekerja, dia lebih tua 2 tahun daripada aku, tetapi aku tidak pernah menyukainya.
“Terima kasih atas pujianmu itu dan aku hanya berharap, acara pertunangan ini aku... aku menerimanya, karena orang tuaku. Aku rasa kamu sudah tahu itu kan?”
Aku sangat terkejut, saat melihat pandangan mata Rio terlihat sangat sedih dan terluka.
“Aku tahu semua itu, kamu sama sekali belum bisa melupakan Joon. Tetapi aku sangat berharap, kamu bisa mulai untuk mencintaiku sedikit demi sedikit dan mulai malam ini, kamu akan resmi menjadi tunanganku.”
Aku merasa ada nada yang terlihat kesal dan marah, saat dia mengatakannya kepadaku. Karena aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan, aku hanya memeluknya dan berkata....
“Maafkan aku, aku... aku akan berusaha untuk mencintaimu dan melupakan... J... Joon.”
Rio membalas pelukanku, “Arigatou, Hime-chan.”

*Wow... Aku rasa part 10 lebih panjang kali ini, aku harap kalian menyukainya.... tinggal 5 part lagi, cerita ini akan selesai...

Sabtu, 10 Juli 2010

Till The End of Time (part 9)

Flashback, saat Joon keluar dari rumah Mira.

Joon langsung mengendarai mobilnya pergi, di dalam mobil, “Argh! Kenapa, Mira? Walaupun aku tahu maksud kamu memilih tunanganmu itu, supaya orang tuamu senang, tetapi, apakah ini yang kamu inginkan?” Joon menangis secara tak sadar, “Hari ini adalah hari yang paling buruk bagiku, aku harus pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diriku.”

Joon pun pergi ke villa milik orang tuanya, dia berencana untuk menetap selama beberapa jam di sana. Orang tuanya terus berusaha untuk menghubunginya, tetapi tidak berhasil, karena Joon telah mematikan teleponnya saat itu. Orang tuanya semakin cemas, mereka langsung menghubungi Mira.

“Mira, apakah kamu tahu dimana Joon?” Ibu Joon yang berbicara.
“Apakah Joon belum pulang, Tante?” aku balik bertanya.
“Belum, Mira. Mm… Maukah kamu membantu tante untuk mencarinya?”
“Baik, Tante. Mira akan mencoba mencarinya, apabila ada informasi tentangnya, I’ll call you, Auntie.”
“Thank you very much, Mira.”
“You’re welcome, Auntie.”

Joon, dimana kamu? Oh, apakah dia berada di villa? Aku akan mencoba telepon ke villanya. “Kriingg!” telepon villa Joon berdering. “Urgh! Siapa yang menelepon ke villa ini? Sangat mengganggu,” Jon pun pergi mengangkatnya, “Halo? Siapa ini?” suara Joon terdengar cuek. “Konnichiwa, Joon-kun. Ini aku, Mirabella, maaf kalau aku mengganggu. Orang tuamu mencari kamu kemana-mana dan tidak berhasil menghubungimu. Mereka sangat khawatir denganmu, teleponlah mereka Joon, bilang bahwa kamu baik-baik saja,” Mira tidak sadar bahwa dia telah berbicara panjang lebar.

Joon tersenyum, “Baiklah, Mira-chan. Aku akan menghubungi mereka, terima kasih telah memberitahuku. Oh ya, kok kamu bisa tahu aku disini?” Joon terlihat bingung, “Oh, aku tahu kamu berada di sana, karena biasanya kalau kamu lagi ingin sendiri atau sedang sedih, kamu selalu ke sana,” wajah Mira mendadak merah. “Soka… Talk to you later, I have to call my parent now.” Joon langsung menutup telepon tersebut, sebelum Mira menjawab.

“Sudah ditutupkah? Aku… Aku tidak sanggup untuk berpisah darinya, aku berharap, Joon akan mengerti dengan semua ini.” Mira pun tenggelam dalam kesunyian malam itu dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menangis.

End of Flashback.

*Part 9 pastilah sangat pendek, tetapi aku harap kalian menyukainya. Aku akan berusaha untuk membuat part 10, secepat mungkin. Have a nice day.. ^^

Till The End of Time (part 8.)

Keesokan harinya, aku tidak masuk sekolah, mataku bengkak, karena menangis kemarin. Ayahku masih marah kepadaku, ibuku sangat sedih dengan keadaanku dan sangat mencemaskan keadaan ayahku. “Tell me goodbye, tell me goodbye…” suara lagu tersebut berasal dari telepon genggam aku, haruskah aku mengangkatnya?

(Yang menelepon: Joon) Aku langsung mengangkatnya.

“Halo, Jo……..” sebelum aku siap berbicara, Joon langsung memotong, “Mira-chan! Kenapa kamu tidak masuk sekolah hari ini? Apakah kamu sakit? Kenapa kamu tidak mengabariku sama sekali?” suara Joon terdengar sangat cemas. “Joon, aku tidak apa-apa kok. Aku hanya kecapaian, kemarin aku tidur pada jam 2 pagi, karena itu, aku tidak bisa bangun hari ini,” aku mencoba membuat suaraku setenang mungkin dan berusaha untuk bercanda.

“Hime Sakuranomiya ! Jangan membohongiku, kamu pasti menangis semalaman, aku tahu sifat kamu…” Aku sangat kaget, karena Joon memanggil nama asliku. “Joon, aku… aku menangis karena kejadian kemarin, aku tidak bisa menahan tangisku saat…” aku tidak boleh memberitahu kenapa aku menangis kemarin, “Aku tidak apa-apa, aku menangis, karena sedih melihat ayahku sangat marah kepadaku,” suaraku terlihat yakin saat mengucapkannya, walaupun perasaanku tidak berkata begitu.

“Baiklah, aku mengerti sekarang. Aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi, anggap saja kejadian kemarin, tidak berlaku… Oh, aku lupa memberitahukanmu, bahwa aku akan pindah ke Jepang minggu depan, mungkin ini sangat mendadak buat kamu, tetapi inilah jalan yang terbaik buat kita,” Joon mengakhiri pembicaraan tersebut dengan sikap yang dingin. “Joon, kamu bercanda kan? Ini pasti hanya mimpi atau kamu hanya ingin membuatku kaget? Iya kan?” Air mataku mengalir begitu saja, aku hampir berteriak kepadanya, hatiku sangat terluka, tetapi aku harus tetap membiarkannya.

“Maaf, Hime. Aku tidak berbohong, aku mendapat tawaran menjadi aktor di sana, kamu sangat tahu, itu adalah impianku sejak kecil,” Joon menjelaskan kepadaku, dan memang benar impian Joon sejak kecil adalah menjadi aktor. “Soka, I understand now. I’ll let you go to Japan, don’t forget about me, I think, I have to go now, my parent call me to eat. See you, Joon,” pembicaraan kami berakhir begitu saja, suara tangisku semakin keras, sampai-sampai ibuku khawatir dan mengetuk pintuku.

“Sakura, ada apa? Kenapa kamu menangis?” Aku berusaha berhenti menangis dan berbicara senormal mungkin, “Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya latihan saja untuk drama yang akan dimainkan di sekolahku,” ibuku sudah tahu bahwa aku berbohong kepadanya, “Baiklah, ibu tidak akan memaksa kamu untuk menceritakannya. Ibu hanya ingin bilang kepadamu, tetaplah sabar menghadapi ini semua, anakku.” Lalu ibuku pun pergi.

*Oh, ini tidak bagus… Hubungan persahabatan mereka sepertinya tidak berjalan lancar lagi… 

*Pertanyaan selanjutnya, apa yang terjadi dengan Joon saat dia pergi dari rumah Mira (Hime)?

Jumat, 09 Juli 2010

Till The End of Time (part 7)

“Mira, sudah sampai. Mira-chan?” Joon merasa heran, karena Mira daritadi hanya diam dan pandangan matanya kosong. “Eh? Nani, Joon?*” aku pasti terlihat bodoh tadi, kenapa aku bisa melamun di saat seperti ini. “tidak apa-apa. Mira-chan, sebaiknya aku pulang saja langsung, kita masih bisa membicarakan hal ini kepada orang tuamu nanti,” Air muka Joon terlihat cemas. “Joon, kita harus mebicarakan hal ini secepat mungkin, aku… aku tidak mau kalau hal ini akan menghambat hubungan kita? Bagaimana kalau orang tuaku sudah menetapkan hari pertunanganku dengan Rio?” tanpa kusadari, aku telah menangis. Joon langsung menghapus air mataku dengan tangannya, “Baik, kita akan bicarakan hari ini juga.”

Memasuki rumah, “Ayah, Ibu, aku pulang. Aku ingin berbicara sesuatu kepada ayah dan ibu,” Joon tahu aku sangat takut pada saat itu, dia menggenggam tanganku, untuk memberiku semangat. Aku hanya tersenyum kecil, lalu, “Duduklah dulu dan ajak ‘temanmu’ itu ke sini juga,” kata ayahku dengan padangan tidak suka, ibuku terlihat sangat sedih. ‘Kenapa? Apakah aku salah? Oh, apakah pertunangan tersebut sudah ditentukan? Aku… Aku tidak mau itu terjadi!!’ Pikiranku sangat kacau akan hal ini.

“Sekarang, apa yang ingin kamu katakan kepada kami?” Tanya ayahnya. “Sato, ingat jangan terlalu emosi, ingat apa kata dokter kepadamu!” ibuku terlihat sangat khawatir dengan ayah. “Maaf sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan diriku kepada Anda berdua, namaku Joon, Lee Hye Joon, aku adalah kekasihnya Mira, anak Anda,” Joon berbicara dengan orang tuaku dengan serius. “Kamu… Kamu adalah kekasih anakku?! Ini tidak boleh dibiarkan! Anakku sudah mempunyai calon tunangan dan dia akan bertunangan dalam waktu dekat ini! Urgh! Pernafasanku…sangat sesak” penyakit ayahku kambuh, aku sangat ketakutan.

“Sa… SATORU!! Mira, cepat ambilkan obat di atas meja sana. CEPAT!” ibuku berteriak dengan histeris, aku tidak bisa bergerak, Joonlah yang mengambil obat tersebut dan memberikannya kepada ibuku. “Sato, cepat minum obat ini. Ini airnya, setelah itu bernafaslah secara perlahan-lahan,” ibuku memberikan instruksi kepada ayahku dan tidak lama kemudian, ayahku bernafas seperti semula, ibu mengantar ayahku ke kamar untuk beristirahat.

Sekarang di ruang tamu hanya ada aku dan Joon, “Mira, maafkan aku. Seharusnya, tadi aku tidak usah…” aku langsung memotong pembicaraan Joon, “Joon, pulanglah. Aku ingin sendirian sekarang, maafkan aku… sepertinya kita harus berpisah, aku tidak sanggup melihat ayahku kesakitan, mungkin suatu saat nanti, kamu akan bertemu seorang wanita yang lebih baik daripada aku,” aku menahan air mataku, supaya Joon tidak khawatir. “Baiklah, aku mengerti. Sampaikan pamitku dan permohonan maafku kepada orang tuamu. Semoga kamu bahagia, Mira-chan,” Joon tersenyum kecil dan pergi.

‘Maafkan aku, Joon… Aku sangat mencintaimu, tetapi aku rasa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan, walaupun, kita baru saja jadian. Aku tidak ingin ayahku jatuh sakit karena aku, maafkan aku…’ kata-kata itulah yang terus berulang di dalam pikiranku. Sesampainya di kamar, air mataku yang kutahan, keluar begitu saja.

*Nani, Joon? – Ada apa, Joon?

*Ternyata orang tuanya Mira tidak setuju, walaupun aku yang membuat cerita ini, aku pun ikut sedih untuk Mira dan Joon. Tetapi, tetap menaruh komen ya... supaya aku tahu, mana yang kurang.. hhe.. ^^

*Pertanyaan selanjutnya, walaupun mereka bukan sepasang kekasih lagi, bagaimana dengan hubungan persahabatan yang telah mereka bangun selama ini? Apakah hancur begitu saja?
Berikan jawaban dan alasan yang pas. ^^

Till The End of Time (part 6)

“Aku….” Apa yang harus kukatakan kepadanya? Aku juga suka kepadanya, tetapi apabila aku menerimanya. Belum tentu orang tuaku akan menerimanya, karena aku sudah mempunyai tunangan. Oh God, apa yang harus kulakukan sekarang?? Kata Mira dalam hatinya. “Mira-chan? Apakah kamu memerlukan waktu untuk menjawabnya?” Joon bertanya. “Bolehkah aku meminta waktu tersebut? Sebab, ini terlalu mendadak, aku tidak bisa menjawabnya sekarang,” Mira melihat kearah bulan purnama. “Yah, tentu, Mira-chan… Aku pasti memberikanmu waktu berpikir,” senyum Joon, akhirnya mereka berdua pun tenggelam dalam kesunyian malam tersebut sambil melihat bulan purnama yang indah.

Keesokan harinya……

“Mira, ingat bawa tugas yang ibu suruh kumpulkan tadi dan taruh di meja ibu, mengerti?” perintah guru tersebut.
“Mengerti, Bu,” jawab Mira.
“Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini dulu, kita ketemu besok pagi, selamat siang, anak-anak!”

Setelah guru tersebut keluar, murid-murid di kelas ini langsung heboh, karena waktu istirahat telah datang. Sewaktu saya mengumpulkan tugas, Joon datang ke kelasku, lalu, “Mira-chan, sini biar aku Bantu kamu kumpulkan tugas-tugas ini,” sebelum kuiyakan, dia sudah mengumpulkan tugas-tugas di setiap meja dengan cepat. “Joon, pelan-pelan saja. Tidak ada yang mengejarmu kok, hahaha…” karena lucu, aku pun tertawa melihat gerakannya. “Oh ya, maaf, Mira-chan, karena aku terbiasa melakukan sesuatu terburu-buru,” Joon pun memelankan sikapnya tadi, setelah itu kami sama-sama ke ruang guru dan pergi ke taman sekolah.

Di taman sekolah…

“Joon, aku sudah memikirkan jawaban untuk kamu…” saat itu, Joon merasa gugup untuk mendengarkan jawabannya, sebab dia sangat takut ditolak oleh Mira. “A…Ehem… Apa jawaban kamu, Mira-chan?” Oh God, please, I hope, she will accept me... “Aku… Aku tidak bisa, Joon,” Joon merasa hancur saat itu, tetapi… “Karena aku sangat mencintaimu, makanya aku tidak bisa menolak ataupun membohongi perasaanku sendiri,” aku tersenyum kepada Joon dan aku rasa mukaku pasti merah padam. Joon langsung menarik Mira ke dalam pelukannya, “Joon?! Ini di seko…” Joon memotong pembicaraan Mira, “Shhht… Mira-chan, biarkan aku memelukmu sebentar saja. Sebelumnya, aku sangat berterima kasih atas jawabanmu unutk menerimaku. Aku sangat takut, kalau kamu akan menolakku dan kita tidak bisa bersama lagi…” tiba-tiba, Joon merasakan sesuatu yang mengalir dari wajah Mira. “Mira-chan!! Kenapa kamu menangis? Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah?” Joon sangat kaget dan dia mengira bahwa dia melukai kekasihnya ini. “Tidak, bodoh (Mira mengucapkannya dengan bercanda). Aku hanya menangis, karena aku terlalu senang. Ini semua seperti mimpi menjadi kenyataan, tinggal waktunya menghadap orang tuaku,” Mira terlhat sedih, sewaktu dia mengucapkan orang tuanya.

TBC

*Nah, pembaca, apakah ini cukup memuaskan bagi Anda? Saya ingin meminta maaf, apabila, cerita ini terlihat aneh buat anda. Karena yang saya tahu, Mira itu sudah punya tunangan…

*Pertanyaan selanjutnya: Apakah orang tua Mira akan setuju?
Kali ini tidak ada pilihan, berikanlah jawaban Anda dan berikan alasannya… ^^

Sabtu, 29 Mei 2010

Till the End of Time (Part 5)

“Joon, apa yang akan kamu bicarakan sama aku?”
“Sebelum aku mengatakan apa yang ingin kubicarakan kepadamu, jawablah pertanyaanku dengan jujur.”
Seakan waktu berhenti sebentar, Mira menjadi kaku, wajahnya terlihat pucat di bawah sinar rembulan.
“Aku akan menjawab…dengan jujur.”
“Apakah kamu itu tunangan Rio? Apakah kamu mencintainya? Kenapa kamu tidak pernah memberitahukan kepadaku?”
“Benar, Rio adalah tunanganku. Aku lupa untuk memberitahukannya kepadamu, karena project sekolah. Aku… Aku sangat men…”
Tiba-tiba, Mira berhenti bicara, karena tatapan mata dari Joon kepadanya.
“Mira, please, tell me the truth. I know you’ll never love him, I saw that in your eyes.”
“Joon, aku tidak mencintai Rio sama sekali… karena…” (hanya kamu yang dihatiku, Joon.)
Joon menarik Mira ke pelukannya, tidak lama kemudian, Mira menangis.

I wonder Mira is in love with who? I really want to know, Oh God… What am I talking about; I bring my “girlfriend”, because of the invitation card. Actually, she’s totally just my friend. Pikiran Joon terhenti, karena Mira memanggilnya. “Joon, apa yang ingin kamu bicarakan kepadaku?” Mira menghapus air mata yang tersisa di wajahnya. “Err… Aku rasa ini bukan saat yang tepat, but if you insist too, I tell you,” Joon tersenyum kecil kepada Mira. “Bilang saja, aku ingin mendengarnya,” Mira tersenyum balik. “Sebenarnya, cewek yang aku ajak hari ini, bukanlah siapa-siapa. Aku membawanya, karena invitation kamu,” Mira sangat kaget, “My invitation? Bentar, aku ingat-ingat dulu… Oh! Aku suruh semua yang kuundang membawa pasangannya, is this the reason?” Joon mengangguk, “Dan aku tetap ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, kalau kamu merasa marah, kamu boleh pergi meninggalkanku,” Joon tiba-tiba menjadi serius. “Aku janji, aku tidak akan marah kepadamu,” udara di sekitar mereka terasa kaku.

“I love you, Mira. Sejak pertama kali, aku menemuimu dan berkenalan denganmu, aku telah jatuh cinta kepadamu. Aku sangat kaget, saat mendengar bahwa kamu sudah mempunyai tunangan, aku ingin mundur, sebab aku tidak ingin persahabatan kita hancur begitu saja,” Joon memegang tangan Mira dengan penuh harapan. “Joon… aku… aku tidak salah mendengar, apa yang kamu baru saja kamu bicarakan?” Mira benar-benar kaget, dia merasa bahagia, di lain sisi, dia merasa takut. “Mira, aku tidak berbohong. Tapi, aku tidak akan mengganggumu lagi, apabila kamu menolakku nantinya,” Joon menatap Mira dengan penuh kasih sayang. “Aku…………”

*Okay, sampai di sini dulu… Pengarangnya jadi bingung ui, karena Joon ternyata suka sama Mira, pasti pembaca bingung ya? Koq bisa begitu?
*Jawaban untuk siapakah cewe tersebut, yang benar adalah A. (“Kekasihnya” Joon).
*Kalo ada request cerita apa gitu? Do please tell me… hha..

*Apakah Mira akan menerima cintanya itu?
a. tidak
b. Iya!!! >.<

*to be continued…

Jumat, 28 Mei 2010

Till the End of Time (Part 4)

“Joon, kamu tidak usah ikut campur lagi… Aku tidak butuh pertolonganmu sama sekali, lagipula Rio ini adalah tunanganku. Dia tidak akan pernah menyakitiku, jadi kamu boleh pergi meninggalkanku sendirian,” saat mengatakannya Mira menahan tangisannya, supaya Joon percaya kepadanya. “Fine, if you want it. I’ll leave you with Rio and there is something I want to talk to you later. Meet me at the park inside this place, I’ll be waiting,” Joon pun pergi meninggalkan mereka, setelah mengucapkannya.

Joon, I’m sorry. I really need your help, but you already say it aloud, that I’m just your best friend. Tiba-tiba, Rio memelukku, “Sudah, nangislah sepuasnya. Aku tidak akan membiarkan wajahmu terlihat sedih, hanya karena dia. Tetapi, aku akan mengizinkannya hanya untuk hari ini,” refleks aku menolak pelukannya dan berlari keluar. Maafkan aku, Mira. Aku melakukan semua ini, hanya karena satu hal.

“Joon, di mana kamu?”
“Aku disini, Mira-chan.”
“Apa yang….”
“Sst… biarkan aku memelukmu, walaupun hanya sebentar saja.”
Mereka berdua pun berpelukan dalam keheningan, tidak ada yang mau melepaskan satu sama lain…
Mereka tidak tahu, ada yang melihat mereka dengan penuh amarah dan kebencian…

“Mirabella, awas kamu! Kamu tidak akan mendapatkan Joon sama sekali, sampai selamanya! Aku bersumpah, aku akan terus mengganggu hidupmu sampai kamu tidak bisa berkutik lagi… Hahahahaha…” cewek ini tertawa sendiri dan berjalan ke pintu keluar…

*Menurutmu, apa yang akan dikatakan oleh Joon?”
a) I love you, Mira.
b) Aku berharap, kamu bisa bahagia sama Rio.

*Siapakah cewek tersebut??
a) Kekasihnya Joon
b) Teman baiknya Mira

Minggu, 16 Mei 2010

Till the End of Time (Part 3)

“Aw…” Aku menjerit kesakitan, karena mencubit lenganku dengan keras. Semua orang yang hadir, terlihat kebingungan karena sikapku ini. “Maaf, silahkan lanjutkan acaranya. Aku permisi ke toilet sebentar,” karena malu, aku pergi ke toilet secepat mungkin. Tanpa disadari Mirabella, ada yang mengikutinya secara diam-diam.

Di toilet, “Kenapa aku harus mengalami ini semua? Apakah aku ini tidak berarti kepada orang tuaku? Dan… kenapa Rio bisa menjadi tunanganku?” (Blam!) suara pintu ditutup. Mira pun menoleh ke belakang, “Rio? Kamu mau ngapain masuk ke toilet ini?” (Klek!) Pintu dikunci. “Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu dan aku ingin bersama denganmu, sejak dulu aku telah jatuh cinta kepadamu… Tapi kamu tidak pernah menoleh ataupun memberiku harapan, kamu malah memberi Joon harapan itu! Kamu tahu, pada saat itu, aku masih bersabar, karena aku masih kecil. Sekarang, aku tidak akan bersabar lagi!”

“Tidak! Menjauh dariku, jangan bergerak dari tempatmu atau aku akan berteriak minta tolong!” sangking ketakutannya, seluruh tubuhku bergemetar. Rio tersenyum, dia tetap melangkah maju terus mendekati arahku, “Kenapa? Apakah kamu takut denganku? Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa Joon yang kamu cintai itu, sudah mempunyai KEKASIH! Sadarlah dan berhenti berharap..!” Wajah Rio terlihat sangat merah, karena kemarahannya kepada Mira. “Aku tahu semua itu, aku sadar dia telah mempunyai kekasih… Tidak bisakah, kamu membiarkan aku bermimpi hanya untuk beberapa saat lagi? Suatu saat nanti, aku pasti bisa melupakannya,” air mataku mengalir begitu saja, karena menjelaskan hal ini.

“Mira? Kamu ada di dalam? Kenapa kamu berteriak?” Joon terdengar panic dari luar. “Joon, aku sedang bersama Mira di dalam. Aku hanya ingin berdua bersamanya, lagipula apa urusannya dengamu?” Rio berkata dengan tenangnya. “Kurang ajar kamu! Aku ini sahabatnya Mira, sebagai sahabatnya aku berhak ikut campur!” Joon berusaha membuka pintunya. “Teruslah mencoba, pintunya sudah kukunci!” Rio merasa menang. “Kamu……”

*Menurutmu apa yang akan dilakukan Joon?
a. mendobrak pintu
b. meninggalkannya begitu saja

*Apa yang akan dikatakan oleh Mira?
a. “Kamu tidak usah ikut campur lagi
b. Joon, tolong aku….

*To be continued*

Sabtu, 15 Mei 2010

For you..

1 hal yang ingin aku katakan kepadamu, apabila kamu telah membaca blogku.
Maafkan aku bila ada kesalahan kata" atw ada beberapa hal yg kamu rasa menyinggungmu ataupun menyindirmu..
Hanya dgn blog inilah, aku bisa menuliskan apa saja yang ingin kukatakan kepadamu.
Bukannya aku tidak mau berbicara dnganmu. Cumanya, aku merasa kaku dan gugup, apabila berada di dekatmu.
Karena aku jarang berbicara kepadamu.

Till the End of Time (Part 2.)

“Aku akan memberikan potonganku kepada kamu...” aku menunjuk orang tersebut, walalupun aku tahu ini salah. Mereka semua melihat ke arah sana, dengan reaksi yang kaget, terutama kekasihnya. “Aku memberikan potongan kue ini ke sahabatku yang tercinta, ini sebagai rasa terima kasih karena dia bisa bertahan berteman dengan aku…” Mereka semua tertawa, karena omonganku ini. “Terima kasih, tapi kamu yakin nih, potongan kue yang pertama ini paling spesial lowh buat yang ultah hari ni…” dia menatapku dengan senyumnya. “a…aku yakin koq soalnya aku belum punya pasangan masa aku kasih ke sembarang orang.” Sanking gugupnya, aku berbicara tanpa ada koma, itu semua membuatku malu.

Tiba-tiba, ada yang menutup mataku dari belakang, “Si..Siapa itu? Kenapa kamu menutup mataku?” berusaha untuk melepaskan tanggannya. “Ini aku, Rio, pacarmu. Kamu curang dah, masa potongan pertama bukannya kasih aku, malahan kasih cowok ini?!” Semua orang yang hadir di pestaku terdiam karena kaget, “Rio? Kamu pacarku? Dan siapa kamu? Aku baru pertama kali bertemu denganmu…” aku sangat syok, karena dia itu adalah teman masa kecilku.

“Orang tuamu yang menjodohkan aku denganmu, dan aku menerimanya dengan senang hati..” Rio berkata dengan tenang. “Ini semua tidak mungkin, kamu hanya bercanda saja kan? Orang tuaku tidak mengatakannya padaku, aku pasti hanya bermimpi!"

*Menurutmu, apakah ini hanya mimpi?
*TO be Continued..

Jumat, 14 Mei 2010

The Feeling inside my Heart...

Saat kamu masuk ke dalam kehidupanku, dunia ini terasa hidup dan penuh warna...
Kadang, aku ingin bertanya kepadamu, "kenapa kamu memilih aku?"
Kamu hanya menjawab, "Karena aku telah jatuh cinta kepadamu..."
Aku merasa tak yakin atas jawabannya, ini tidak mungkin terjadi, aku pasti bermimpi.
Sewaktu kucubit lenganku, aku terbangun dari tempat tidurku, "Ternyata ini semua hanya mimpi.."
Ntah kenapa, aku merasa ada yg mengalir dari wajahku, saat kupegang, ternyata air mataku mengalir tanpa kusadari.
Kenapa aku harus menangis? Apakah karena perasaan ini?
Aku berharap, aku dapat melupakanmu, supaya aku tidak pernah mengganggu hidupmu lagi...

Rabu, 12 Mei 2010

Till the End of Time

Saat aku melihatmu, ada yang berubah darimu, ntah kenapa aku merasakan ada perbedaan dari dirimu… Dari cara kamu berbicara kepadaku, berjalanmu, sampai tingkah lakumu… Ini semua membuatku bingung, apakah aku yang salah melihatnya atau memang itulah yang terjadi sekarang. Kamu terlihat bahagia setiap harinya, aku ingin sekali bertanya kepadamu, hal apakah yang telah membuatmu terlihat sangat bahagia?

Aku sering melihatmu memegang telepon genggammu, kamu selalu tersenyum saat membaca sms dari orang tersebut, sewaktu telepon pun, kamu berubah, wajahmu terlihat sangat bahagia. Awalnya, aku mengira kamu sedang mendapat rejeki, ternyata setelah sekian lamanya, kamu mengaku kepada semua orang, bahwa kamu sudah mempunyai seorang kekasih… Pengakuanmu membuatmu kaget, sebab sekian banyaknya yang ingin menjadi kekasihmu, selalu kamu tolak, sungguh hari yang sangat aneh…

Tidak lama kemudian, kamu membawa kekasihmu datang ke acara ulang tahunku, kamu kenalkan dia kepadaku, aku tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi. Sebab, aku memendam rasa suka kepadamu. Tetapi, karena aku tidak ingin terlihat sedih, aku tersenyum bahagia di depanmu dan kekasihmu. Tidak lama kemudian, acara pemotongan kue pun dimulai, mereka bertanya kepadaku, “kamu akan memberikan potongan pertama kepada siapa?”. Aku menjawab, “Aku akan memberikan potongan pertamaku kepada …..”

*To be continued*

Kamis, 06 Mei 2010

Permintaan Pertama dan Terakhirku...

Aku bingung,
terhadap orangtuaku...
Mereka menyuruhku memilih,
sesuka hatiku...

Sewaktu aku memilih,
dia melarangku untuk memilih hal itu...
Aku membiarkannya,
tetapi lama-kelamaan aku tidak tahan...

Aku selalu merasa sedih,
saat memikirkan hal tersebut....
Aku ingin sekali jujur padanya,
aku ingin memilihnya sendiri...

Tetapi...
kamu selalu menolaknya...
Aku menjelaskan alasanku,
kamu masih tetap menolaknya...

Sedangkan,
teman-temanku bebas memilih...
Kenapa aku tidak boleh?
Aku merasa ini semua tidak adil...

Apakah karena aku anak pertama?
Itu mungkin alasan pertamanya....
Tapi, buat apa menyuruhku untuk
belajar bidang ini?

Apabila,
aku sama sekali tidak suka dengan bidang tersebut...
Aku berharap,
Hanya sekali ini, aku boleh memilih...

Fighting!!

Detik demi detik,
Hari demi hari,
Tahun demi tahun,
tak terasa waktu berjalan sangat cepat...

Ujian sudah hampir dimulai,
kita semua berusaha semaksimal mungkin...
Biarkanlah waktu kita tersita,
sampai ujian ini berakhir...

Maju! Semangat! Berjuang!
Itulah kata-kata yang keluar....
Guru-guru terus mengajar,
tanpa mengenal lelah...

Marilah kita lulus bersama,
dengan nilai yang diharapkan....
Supaya masa depan kita luas,
orangtua pun senang!...
\^0^/

Like a Princess

Kamu bagaikan sang putri,
dari cara kamu melihat,
berjalan,
dan bicara..

Apakah kamu pernah tahu?
Orang lain berkata kepadaku tentang dirimu...
Mereka bilang, kamu itu terlihat sombong...
Aku hanya tersenyum kecil di depan mereka...

Kata-katamu itu sangatlah pedas,
menusuk hati orang sangat dalam...
Walaupun, niatmu hanya bercanda saja...
Tahukah kamu siapakah orang tersebut?

Nasihat kepadamu (II)

Hari demi hari,
aku terus memperhatikan kamu...
Senyumanmu membangkitkan semangatku...
Tawamu membuat orang tertawa...

Sewaktu ujian datang,
kamulah orang yang selalu terlihat tenang...
Tidak pernah ada kata 'stress' yang muncul darimu...
Aku merasa kesal kepadamu...

Sedangkan aku,
Aku selalu belajar keras,
sewaktu ujian aku selalu berusaha keras,
Tetapi, nilai ujianku lebih tinggi daripadamu...

Aku berharap,
ujian yang akan datang,
kamu bisa belajar lebih baik..
Supaya orangtuamu merasa puas...

Always waiting for you

Rintik-rintik hujan yang turun,
bagaikan air mataku yang mengalir...
Aku tidak tahu,
kenapa air mata ini tidak bisa berhenti...

Kamu menghilang lagi hari ini...
Tetapi, bayanganmu tetap ada,
di pikiranku...
Kenapa sulit sekali untuk menhapusmu?

Apakah karena aku...
menunggu beberapa kata darimu?
Tetapi, itu tidak mungkin..
Aku harus tetap melupakanmu...

Meskipun, aku tidak berharap,
adakah kesempatan itu terbuka untukku?
Atau tidak sama sekali?...
Aku hanya bisa menunggumu...
(walaupun kamu tidak pernah membalasnya...)

Selasa, 27 April 2010

My wish

Sewaktu kupandang langit yang mendung,
seperti perasaan di hatiku saat ini...
Aku sangat kesal kepadamu,
ntah kenapa kamu selalu bersikap cuek kepadaku...

Sekarangpun, aku masih ragu terhadap perasaanku...
Apakah harus kuteruskan perasaan ini?
Cinta ini sudah terlalu lama kupendam..
Sangat susah untuk dibuang begitu saja...

Kalau aku boleh berharap satu hal,
aku sangat ingin kamu membalas perasaanku...
Apakah Tuhan akan mengabulkannya?
Atau tidak, aku akan menerimanya...

Hari ini, aku bersikap tidak normal di hadapanmu..
Aku gugup sewaktu berada di sampingmu,
ataupun di depanmu..
Sikapku semua membuat aku malu sendiri...

Semoga di masa depan nanti,
aku bisa melupakanmu....
secara perlahan-lahan...

Sabtu, 24 April 2010

Taman

Angin sepoi-sepoi,
Bagaikan suaramu berbisik kepadaku...
Harum dari angin yang berhembus,
terdapat di daun-daun pohon

Matahari menyinari,
bagai ibu yang melindungi anaknya...
Suasananya yang tidak ramai,
membuat hati dan pikiran terasa tenang...

Hijaunya taman ini,
karena pohon yang ditanam olehmu.
Orang-orang terlihat senang,
karena taman yang kau berikan...

Nasehat untukmu...

Hari ini,
kamu tidak melakukan hal yang bodoh.
Tetapi, kamu masih tidak bisa....
mengubah sikapmu.

Tidak tepat waktu,
selalu tidur dalam ruangan...
Saranku kepadamu...
Tidurlah dengan waktu yang cukup.

Datanglah dengan tepat waktu...
Jangan berbohong,
berhentilah merokok!
Hanya itu yang harus kamu ubah....

Perilakumu...

Seperti angin yang berhembus,
kamu datang dan pergi.
Sewaktu aku mencarimu,
kamu selalu menghilang.

Sewaktu aku tidak mencarimu,
kamu selalu ada disana.
Sewaktu aku berbicara,
kamu tidak pernah peduli, maupun mendengar.

Setiap perbuatan yang kamu lakukan,
membuat aku merasa kesal!
Kenapa kamu tidak pernah berubah?
Ataupun mengerti?

Semua orang membelamu,
walaupun mereka tahu yang sebenarnya...
Tidak bisakah...
hanya sekali ini saja...
kamu mau berubah?