Jumat, 09 Juli 2010

Till The End of Time (part 7)

“Mira, sudah sampai. Mira-chan?” Joon merasa heran, karena Mira daritadi hanya diam dan pandangan matanya kosong. “Eh? Nani, Joon?*” aku pasti terlihat bodoh tadi, kenapa aku bisa melamun di saat seperti ini. “tidak apa-apa. Mira-chan, sebaiknya aku pulang saja langsung, kita masih bisa membicarakan hal ini kepada orang tuamu nanti,” Air muka Joon terlihat cemas. “Joon, kita harus mebicarakan hal ini secepat mungkin, aku… aku tidak mau kalau hal ini akan menghambat hubungan kita? Bagaimana kalau orang tuaku sudah menetapkan hari pertunanganku dengan Rio?” tanpa kusadari, aku telah menangis. Joon langsung menghapus air mataku dengan tangannya, “Baik, kita akan bicarakan hari ini juga.”

Memasuki rumah, “Ayah, Ibu, aku pulang. Aku ingin berbicara sesuatu kepada ayah dan ibu,” Joon tahu aku sangat takut pada saat itu, dia menggenggam tanganku, untuk memberiku semangat. Aku hanya tersenyum kecil, lalu, “Duduklah dulu dan ajak ‘temanmu’ itu ke sini juga,” kata ayahku dengan padangan tidak suka, ibuku terlihat sangat sedih. ‘Kenapa? Apakah aku salah? Oh, apakah pertunangan tersebut sudah ditentukan? Aku… Aku tidak mau itu terjadi!!’ Pikiranku sangat kacau akan hal ini.

“Sekarang, apa yang ingin kamu katakan kepada kami?” Tanya ayahnya. “Sato, ingat jangan terlalu emosi, ingat apa kata dokter kepadamu!” ibuku terlihat sangat khawatir dengan ayah. “Maaf sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan diriku kepada Anda berdua, namaku Joon, Lee Hye Joon, aku adalah kekasihnya Mira, anak Anda,” Joon berbicara dengan orang tuaku dengan serius. “Kamu… Kamu adalah kekasih anakku?! Ini tidak boleh dibiarkan! Anakku sudah mempunyai calon tunangan dan dia akan bertunangan dalam waktu dekat ini! Urgh! Pernafasanku…sangat sesak” penyakit ayahku kambuh, aku sangat ketakutan.

“Sa… SATORU!! Mira, cepat ambilkan obat di atas meja sana. CEPAT!” ibuku berteriak dengan histeris, aku tidak bisa bergerak, Joonlah yang mengambil obat tersebut dan memberikannya kepada ibuku. “Sato, cepat minum obat ini. Ini airnya, setelah itu bernafaslah secara perlahan-lahan,” ibuku memberikan instruksi kepada ayahku dan tidak lama kemudian, ayahku bernafas seperti semula, ibu mengantar ayahku ke kamar untuk beristirahat.

Sekarang di ruang tamu hanya ada aku dan Joon, “Mira, maafkan aku. Seharusnya, tadi aku tidak usah…” aku langsung memotong pembicaraan Joon, “Joon, pulanglah. Aku ingin sendirian sekarang, maafkan aku… sepertinya kita harus berpisah, aku tidak sanggup melihat ayahku kesakitan, mungkin suatu saat nanti, kamu akan bertemu seorang wanita yang lebih baik daripada aku,” aku menahan air mataku, supaya Joon tidak khawatir. “Baiklah, aku mengerti. Sampaikan pamitku dan permohonan maafku kepada orang tuamu. Semoga kamu bahagia, Mira-chan,” Joon tersenyum kecil dan pergi.

‘Maafkan aku, Joon… Aku sangat mencintaimu, tetapi aku rasa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan, walaupun, kita baru saja jadian. Aku tidak ingin ayahku jatuh sakit karena aku, maafkan aku…’ kata-kata itulah yang terus berulang di dalam pikiranku. Sesampainya di kamar, air mataku yang kutahan, keluar begitu saja.

*Nani, Joon? – Ada apa, Joon?

*Ternyata orang tuanya Mira tidak setuju, walaupun aku yang membuat cerita ini, aku pun ikut sedih untuk Mira dan Joon. Tetapi, tetap menaruh komen ya... supaya aku tahu, mana yang kurang.. hhe.. ^^

*Pertanyaan selanjutnya, walaupun mereka bukan sepasang kekasih lagi, bagaimana dengan hubungan persahabatan yang telah mereka bangun selama ini? Apakah hancur begitu saja?
Berikan jawaban dan alasan yang pas. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar