Kamis, 15 Juli 2010

Till The End of Time (Part 13)

Tanggal pernikahan aku sudah dekat, mungkin tinggal 2 minggu lagi, apakah memang dia jodohku? Cinta Ryo kepadaku sangatlah tulus, walaupun dia tahu, aku masih belum bisa mencintainya, dia terus bersabar... Oh God, what should I do? Should I marry him? Itulah yang aku pikirkan selama 1 bulan ini.

Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunanku, “Silahkan masuk, pintunya tidak aku kunci,” aku sama sekali tidak menoleh ke arah pintu, sedikit pun aku tidak tahu siapa yang masuk dan orang tersebut memelukku dari belakang, “Dare?” aku sangat kaget, dan berusaha untuk melepaskan pelukan tersebut, tetapi, aku tidak bisa melepaskannya. “This is me...” suara yang telah aku rindukan selama ini, tetapi, apakah ini mimpi?

“J...Joon? Apakah ini kamu? Tidak mungkin, aku pasti bermimpi...” Joon memutar kursiku, “Kamu pasti menganggap ini mimpi... Kamu boleh memegang wajahku, untuk memastikan ini mimpi atau tidak?” Joon mengedipkan matanya. Aku pun memegang wajahnya, dan ini semua bukan mimpi. “Joon...... Ini semua bukan mimpi, aku....aku sangat rindu padamu....” aku langsung memeluknya dan menangis.

“Aku juga, Hime-chan. Aku sangat merindukanmu, tetapi aku tidak bisa lama-lama disini, soalnya aku masuk secara diam-diam,” Joon tertawa kecil, tidak ada yang mau melepaskan pelukan tersebut, tetapi ada yang menelepon ke telepon Joon saat itu, kami pun melepaskan pelukan tersebut. Sepertinya, Joon menerima telepon tersebut dari manajernya, aku ingin tahu, mereka membicarakan tentang hal apa...

“Wakarimasu, aku akan segera balik ke Jepang,” itulah akhir dari pembicaraan Joon dan manajernya. “Joon-kun, apakah yang menelepon tadi manajer kamu? Kalau aku tidak salah dengar, kamu akan balik ke Jepang lagi?” aku berusaha untuk menutupi rasa kecewaku. “Ya, dia adalah manajerku. Aku harus segera kembali ke Jepang, ada pekerjaan yang baru untukku, kamu masih ingat kan? Kalau aku tidak sukses, kamu akan menghajarku kan? Hahahaha...” Joon berusaha untuk mencairkan suasana dan itu berhasil.

“Iya, aku pasti akan menghajarmu... Tapi, sayangnya, mungkin aku tidak akan bisa menghajarmu, sebab kamu sangat sukses sekarang... apakah kamu tahu? Fans kamu di Korea sangatlah banyak, kadang ada yang datang ke rumahku, hanya untuk bertanya tentang kamu, apakah kamu tahu, aku sangat kesal akan hal tersebut!” Aku pura-pura marah dengan Joon dan menoleh ke arah lain.

“Hime, aku masih mencintaimu. Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi, perasaan ini tetap tidak bisa menghilang. Apa yang harus kulakukan?” aku sangat kaget, atas pengakuan Joon, “Aku...Aku...tidak tahu...apa yang harus aku bilang, Joon... Aku...” Joon memelukku secara tiba-tiba, “Shht... Aku tahu ini tidak boleh kulakukan, tetapi, aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, maukah kamu membatalkan pernikahanmu dengan Ryo?”

Pelukan dan perkataan Joon membuatku tidak bisa membohongi perasaanku lagi, “Aku... aku juga sangat mencintaimu, Joon. Kalau hingga akhir waktu nanti, kita memang berjodoh, kita pasti bisa bersatu lagi. Tetapi, sekarang aku sama sekali tidak bisa membantalkan pernikahan ini, penyakit ayahku pasti akan kambuh, dan bisa mengakibatkan kematian. Maafkan aku, Joon,” Aku menangis dalam pelukannya dan Joon tetap memelukku sampai aku berhenti menangis.

“Hime, maaf, aku tidak bisa menemanimu lagi, aku harus berangkat ke Jepang sebentar lagi,” walaupun mereka berdua tidak mau melepaskan pelukan tersebut, waktu berkata harus. “Baiklah, terima kasih... telah mencintaiku, Joon. Maafkan aku sekali lagi, aku tidak bisa bersama denganmu. Mungkin ini tidak terlalu sopan, maukah kamu... datang ke acara pernikahanku?”

Joon berusaha menutupi perasaan terlukanya, “Aku akan berusaha untuk datang ke acara kamu, semoga jadwalku tidak penuh ya,” Joon tersenyum, mereka pun berpisah. Ternyata, Ryo daritadi berada di depan pintu, tetapi mendengar Joon sudah mau keluar, dia bersembunyi dan langsung masuk ke kamar Hime.

Hime tidak tahu bahwa ada yang memasuki kamarnya lagi, sewaktu dia berjalan ke arah tempat tidurnya, ada tangan yang menahannya dan suara yang sangat marah dan kecewa, “Sakuranomiya! Aku sama sekali tidak percaya, kamu bertemu dengan Joon di belakangku dan mengatakan padanya, bahwa kamu masih mencintainya! Sebenarnya, aku ingin mengundurkan waktu pernikahan ini, supaya tidak terlalu cepat untukmu. Tetapi... Ini semua tidak akan terjadi lagi, waktu pernikahan kita akan dipercepat, 1 minggu lagi...”

Ryo keluar dari kamarku, aku hanya terduduk diam dan pikiranku kosong, aku ingin sekali berteriak dan menghentikan semua ini... “Ya Tuhan, kenapa hidupku menjadi begini? Aku sama sekali tidak menginginkan semua ini.... Apabila aku menangis dan menangis terus, semua masalah ini tidak akan berhenti... Aku berjanji untuk tidak menangis lagi...”

*Aku merasa sedih saat menuliskan part ini, sebab ini menyadarkan aku sendiri, bahwa hidup ini dipenuhi berbagai cobaan dan kita tidak boleh mengeluh dalam menghadapinya. Ingat, menangis bukanlah suatu hal yang bisa menyelesaikan masalah. Tetapi, berbicara dengan seseorang yang kamu percaya dan menyelesaikannya dengan berbagai solusi. Semoga advice aku berguna... hhe.. >.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar