Minggu, 11 Juli 2010
Are You the One?
“Senyumanmu yang manis,
Selalu terlihat di wajahmu..
Membuat orang lain merasa senang,
Saat mereka berada di dekatmu…
Pandangan matamu kepadaku,
Membuat hatiku berdebar-debar…
Walaupun aku tahu,
Kamu bukanlah milikku…
Kamulah yang telah membuat,
Hidupku terasa sempurna sekarang…
Apakah aku harus melepaskanmu,
Setelah berkian-kian tahun aku menunggumu?”
To: Someone
I love you
Jantungku berdetak cepat...
Ketika aku berbicara denganmu,
Aku merasakan sesuatu...
Ketika berada di dekatmu,
Rasanya nyaman dan tenang...
Ketika berpisah darimu,
Ada perasaan sedih di hatiku...
Apakah kamu merasakannya?
Cinta itu memang aneh...
Satu frase untukmu,
"I love you"
Till The End of Time (part 10)
“Wah, Hime. Kamu terlihat sangat cantik dengan dress yang berwarna kuning keemasan ini, mm... kita ambil baju ini saja ya, Rio pasti suka melihat kamu dengan dress ini,” kata Ibu Rio dan setelah itu kami membayar baju tersebut dan pergi ke sebuah cafe. Sesampainya di sana, teleponku berbunyi, dari nada deringnya, telepon ini dari Joon. “Tell me goodbye, tell me goodbye...”, “Tante, maaf, aku permisi sebentar. Aku mau mengangkat telepon,” aku bergegas ke toilet wanita.
“Hime, kamu ada dimana sekarang?”
“Joon...a... aku ada di Cafe Lolli, aku sedang bersama Ibu Rio.”
“... Oh, aku sudah mendengar kabar pertunanganmu, err... Selamat ya, semoga kamu bahagia bersamanya. Maaf, aku tidak bisa hadir ke acara pertunanganmu, karena jadwal pe...”
“Karena jadwal penerbanganmu itu pesawat paling pagi kan? Tidak apa-apa, Joon. Terima kasih atas ucapan selamatmu, semoga kamu sukses dengan pekerjaanmu di Jepang. Aku akan menunggu film yang akan dikeluarkan olehmu, jangan sampai gagal loh! Kalau gagal, aku akan datang ke Jepang untuk menghajarmu!” Aku berusaha untuk tidak terlihat sedih.
“Hahaha... Baiklah, aku tidak akan gagal, aku tidak mau dihajar olehmu... Oh ya, sudah dulu ya. Lain kali aku akan meneleponmu lagi, sekali lagi, selamat atas pertunanganmu.”
“Terima kasih, Joon. Sampai jumpa di lain waktu.”
Telepon itu berakhir begitu saja, Hime tidak tahu, kalau daritadi tantenya mendengar semua pembicaraan mereka, dia terlihat sangat kaget, sebab Hime terlihat sedih saat mengakhiri pembicaraan mereka, dia pun bergegas kembali ke tempat duduknya, supaya Hime tidak curiga. Tak lama kemudian, mereka memesan minuman dan snack ringan, mereka pun mulai berbincang.
“Mm... Hime, tante mau bertanya sesuatu sama kamu, kamu harus jawab yang jujur ya,” Tante tersenyum kepadaku, aku pun menjawab, “Baik tante, aku pasti akan jawab yang jujur kepada Tante,” aku berusaha supaya tidak gugup. “Apakah kamu mencintai anak Tante?” Sesaat aku sangat ingin lari dari soal ini, tetapi aku berusaha menjawab dengan yakin, “Aku... Aku menyu... menyukai Rio sejak kecil, tante. Dia...Dia adalah orang yang aku suka sejak kecil,” akhirnya kata-kata ini bisa keluar dari mulutku, walaupun hatiku memarahiku untuk tidak jujur.
“Benarkah itu? Baguslah, Tante sangat lega mendengarnya, baiklah setelah ini kamu pulang dan istirahatlah, karena kamu harus terlihat fresh untuk acara pertunangan kalian besok,” setelah membayar, Tante mengantarku pulang ke rumah dan malam itu aku sangat ingin kembali pada waktu, Joon menyatakan perasaannya kepadaku.
Keesokan harinya di bandara internasional Korea, ‘Apakah aku harus menelepon Hime sebelum aku pergi, tetapi aku takut, aku tidak bisa melupakannya, apabila aku meneleponnya sekarang.’ Tak lama kemudian, pesawat yang akan dinaiki Joon akan berangkat sebentar lagi.
Keadaan di rumah Hime sangatlah sibuk, sebab acaranya diadakan di rumahnya. Hime sudah siap mengganti bajunya dan sudah selesai di make up, sebenarnya, aku tidak memerlukan make up lagi, sebab aku tidak suka memakai make-up, akhirnya, mereka setuju untuk memberikan warna make up yang natural. Setelah itu, aku berjalan-jalan di taman rumahku, tiba-tiba, ada yang menutup mataku.
“Rio? Apakah ini kamu?”
“Wow...! Hime-chan, kenapa kamu bisa menebak bahwa ini aku?”
“Sebab, aku tahu, sejak kecil kamu suka melakukan ini terhadapku...”
“Oh, ternyata kamu masih ingat. Hahaha... anyway, kamu cantik sekali, dan make up kamu pas dengan dirimu.”
Oh ya, aku lupa memberitahukan, Rio sudah bekerja, dia lebih tua 2 tahun daripada aku, tetapi aku tidak pernah menyukainya.
“Terima kasih atas pujianmu itu dan aku hanya berharap, acara pertunangan ini aku... aku menerimanya, karena orang tuaku. Aku rasa kamu sudah tahu itu kan?”
Aku sangat terkejut, saat melihat pandangan mata Rio terlihat sangat sedih dan terluka.
“Aku tahu semua itu, kamu sama sekali belum bisa melupakan Joon. Tetapi aku sangat berharap, kamu bisa mulai untuk mencintaiku sedikit demi sedikit dan mulai malam ini, kamu akan resmi menjadi tunanganku.”
Aku merasa ada nada yang terlihat kesal dan marah, saat dia mengatakannya kepadaku. Karena aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan, aku hanya memeluknya dan berkata....
“Maafkan aku, aku... aku akan berusaha untuk mencintaimu dan melupakan... J... Joon.”
Rio membalas pelukanku, “Arigatou, Hime-chan.”
*Wow... Aku rasa part 10 lebih panjang kali ini, aku harap kalian menyukainya.... tinggal 5 part lagi, cerita ini akan selesai...
Sabtu, 10 Juli 2010
Till The End of Time (part 9)
Joon langsung mengendarai mobilnya pergi, di dalam mobil, “Argh! Kenapa, Mira? Walaupun aku tahu maksud kamu memilih tunanganmu itu, supaya orang tuamu senang, tetapi, apakah ini yang kamu inginkan?” Joon menangis secara tak sadar, “Hari ini adalah hari yang paling buruk bagiku, aku harus pergi ke suatu tempat untuk menenangkan diriku.”
Joon pun pergi ke villa milik orang tuanya, dia berencana untuk menetap selama beberapa jam di sana. Orang tuanya terus berusaha untuk menghubunginya, tetapi tidak berhasil, karena Joon telah mematikan teleponnya saat itu. Orang tuanya semakin cemas, mereka langsung menghubungi Mira.
“Mira, apakah kamu tahu dimana Joon?” Ibu Joon yang berbicara.
“Apakah Joon belum pulang, Tante?” aku balik bertanya.
“Belum, Mira. Mm… Maukah kamu membantu tante untuk mencarinya?”
“Baik, Tante. Mira akan mencoba mencarinya, apabila ada informasi tentangnya, I’ll call you, Auntie.”
“Thank you very much, Mira.”
“You’re welcome, Auntie.”
Joon, dimana kamu? Oh, apakah dia berada di villa? Aku akan mencoba telepon ke villanya. “Kriingg!” telepon villa Joon berdering. “Urgh! Siapa yang menelepon ke villa ini? Sangat mengganggu,” Jon pun pergi mengangkatnya, “Halo? Siapa ini?” suara Joon terdengar cuek. “Konnichiwa, Joon-kun. Ini aku, Mirabella, maaf kalau aku mengganggu. Orang tuamu mencari kamu kemana-mana dan tidak berhasil menghubungimu. Mereka sangat khawatir denganmu, teleponlah mereka Joon, bilang bahwa kamu baik-baik saja,” Mira tidak sadar bahwa dia telah berbicara panjang lebar.
Joon tersenyum, “Baiklah, Mira-chan. Aku akan menghubungi mereka, terima kasih telah memberitahuku. Oh ya, kok kamu bisa tahu aku disini?” Joon terlihat bingung, “Oh, aku tahu kamu berada di sana, karena biasanya kalau kamu lagi ingin sendiri atau sedang sedih, kamu selalu ke sana,” wajah Mira mendadak merah. “Soka… Talk to you later, I have to call my parent now.” Joon langsung menutup telepon tersebut, sebelum Mira menjawab.
“Sudah ditutupkah? Aku… Aku tidak sanggup untuk berpisah darinya, aku berharap, Joon akan mengerti dengan semua ini.” Mira pun tenggelam dalam kesunyian malam itu dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menangis.
End of Flashback.
*Part 9 pastilah sangat pendek, tetapi aku harap kalian menyukainya. Aku akan berusaha untuk membuat part 10, secepat mungkin. Have a nice day.. ^^
Till The End of Time (part 8.)
(Yang menelepon: Joon) Aku langsung mengangkatnya.
“Halo, Jo……..” sebelum aku siap berbicara, Joon langsung memotong, “Mira-chan! Kenapa kamu tidak masuk sekolah hari ini? Apakah kamu sakit? Kenapa kamu tidak mengabariku sama sekali?” suara Joon terdengar sangat cemas. “Joon, aku tidak apa-apa kok. Aku hanya kecapaian, kemarin aku tidur pada jam 2 pagi, karena itu, aku tidak bisa bangun hari ini,” aku mencoba membuat suaraku setenang mungkin dan berusaha untuk bercanda.
“Hime Sakuranomiya ! Jangan membohongiku, kamu pasti menangis semalaman, aku tahu sifat kamu…” Aku sangat kaget, karena Joon memanggil nama asliku. “Joon, aku… aku menangis karena kejadian kemarin, aku tidak bisa menahan tangisku saat…” aku tidak boleh memberitahu kenapa aku menangis kemarin, “Aku tidak apa-apa, aku menangis, karena sedih melihat ayahku sangat marah kepadaku,” suaraku terlihat yakin saat mengucapkannya, walaupun perasaanku tidak berkata begitu.
“Baiklah, aku mengerti sekarang. Aku tidak akan mengganggu hidupmu lagi, anggap saja kejadian kemarin, tidak berlaku… Oh, aku lupa memberitahukanmu, bahwa aku akan pindah ke Jepang minggu depan, mungkin ini sangat mendadak buat kamu, tetapi inilah jalan yang terbaik buat kita,” Joon mengakhiri pembicaraan tersebut dengan sikap yang dingin. “Joon, kamu bercanda kan? Ini pasti hanya mimpi atau kamu hanya ingin membuatku kaget? Iya kan?” Air mataku mengalir begitu saja, aku hampir berteriak kepadanya, hatiku sangat terluka, tetapi aku harus tetap membiarkannya.
“Maaf, Hime. Aku tidak berbohong, aku mendapat tawaran menjadi aktor di sana, kamu sangat tahu, itu adalah impianku sejak kecil,” Joon menjelaskan kepadaku, dan memang benar impian Joon sejak kecil adalah menjadi aktor. “Soka, I understand now. I’ll let you go to Japan, don’t forget about me, I think, I have to go now, my parent call me to eat. See you, Joon,” pembicaraan kami berakhir begitu saja, suara tangisku semakin keras, sampai-sampai ibuku khawatir dan mengetuk pintuku.
“Sakura, ada apa? Kenapa kamu menangis?” Aku berusaha berhenti menangis dan berbicara senormal mungkin, “Aku tidak apa-apa, Bu. Aku hanya latihan saja untuk drama yang akan dimainkan di sekolahku,” ibuku sudah tahu bahwa aku berbohong kepadanya, “Baiklah, ibu tidak akan memaksa kamu untuk menceritakannya. Ibu hanya ingin bilang kepadamu, tetaplah sabar menghadapi ini semua, anakku.” Lalu ibuku pun pergi.
*Oh, ini tidak bagus… Hubungan persahabatan mereka sepertinya tidak berjalan lancar lagi…
*Pertanyaan selanjutnya, apa yang terjadi dengan Joon saat dia pergi dari rumah Mira (Hime)?
Jumat, 09 Juli 2010
Till The End of Time (part 7)
Memasuki rumah, “Ayah, Ibu, aku pulang. Aku ingin berbicara sesuatu kepada ayah dan ibu,” Joon tahu aku sangat takut pada saat itu, dia menggenggam tanganku, untuk memberiku semangat. Aku hanya tersenyum kecil, lalu, “Duduklah dulu dan ajak ‘temanmu’ itu ke sini juga,” kata ayahku dengan padangan tidak suka, ibuku terlihat sangat sedih. ‘Kenapa? Apakah aku salah? Oh, apakah pertunangan tersebut sudah ditentukan? Aku… Aku tidak mau itu terjadi!!’ Pikiranku sangat kacau akan hal ini.
“Sekarang, apa yang ingin kamu katakan kepada kami?” Tanya ayahnya. “Sato, ingat jangan terlalu emosi, ingat apa kata dokter kepadamu!” ibuku terlihat sangat khawatir dengan ayah. “Maaf sebelumnya, izinkan aku memperkenalkan diriku kepada Anda berdua, namaku Joon, Lee Hye Joon, aku adalah kekasihnya Mira, anak Anda,” Joon berbicara dengan orang tuaku dengan serius. “Kamu… Kamu adalah kekasih anakku?! Ini tidak boleh dibiarkan! Anakku sudah mempunyai calon tunangan dan dia akan bertunangan dalam waktu dekat ini! Urgh! Pernafasanku…sangat sesak” penyakit ayahku kambuh, aku sangat ketakutan.
“Sa… SATORU!! Mira, cepat ambilkan obat di atas meja sana. CEPAT!” ibuku berteriak dengan histeris, aku tidak bisa bergerak, Joonlah yang mengambil obat tersebut dan memberikannya kepada ibuku. “Sato, cepat minum obat ini. Ini airnya, setelah itu bernafaslah secara perlahan-lahan,” ibuku memberikan instruksi kepada ayahku dan tidak lama kemudian, ayahku bernafas seperti semula, ibu mengantar ayahku ke kamar untuk beristirahat.
Sekarang di ruang tamu hanya ada aku dan Joon, “Mira, maafkan aku. Seharusnya, tadi aku tidak usah…” aku langsung memotong pembicaraan Joon, “Joon, pulanglah. Aku ingin sendirian sekarang, maafkan aku… sepertinya kita harus berpisah, aku tidak sanggup melihat ayahku kesakitan, mungkin suatu saat nanti, kamu akan bertemu seorang wanita yang lebih baik daripada aku,” aku menahan air mataku, supaya Joon tidak khawatir. “Baiklah, aku mengerti. Sampaikan pamitku dan permohonan maafku kepada orang tuamu. Semoga kamu bahagia, Mira-chan,” Joon tersenyum kecil dan pergi.
‘Maafkan aku, Joon… Aku sangat mencintaimu, tetapi aku rasa hubungan kita tidak bisa dilanjutkan, walaupun, kita baru saja jadian. Aku tidak ingin ayahku jatuh sakit karena aku, maafkan aku…’ kata-kata itulah yang terus berulang di dalam pikiranku. Sesampainya di kamar, air mataku yang kutahan, keluar begitu saja.
*Nani, Joon? – Ada apa, Joon?
*Ternyata orang tuanya Mira tidak setuju, walaupun aku yang membuat cerita ini, aku pun ikut sedih untuk Mira dan Joon. Tetapi, tetap menaruh komen ya... supaya aku tahu, mana yang kurang.. hhe.. ^^
*Pertanyaan selanjutnya, walaupun mereka bukan sepasang kekasih lagi, bagaimana dengan hubungan persahabatan yang telah mereka bangun selama ini? Apakah hancur begitu saja?
Berikan jawaban dan alasan yang pas. ^^
Till The End of Time (part 6)
Keesokan harinya……
“Mira, ingat bawa tugas yang ibu suruh kumpulkan tadi dan taruh di meja ibu, mengerti?” perintah guru tersebut.
“Mengerti, Bu,” jawab Mira.
“Baiklah, pelajaran hari ini sampai disini dulu, kita ketemu besok pagi, selamat siang, anak-anak!”
Setelah guru tersebut keluar, murid-murid di kelas ini langsung heboh, karena waktu istirahat telah datang. Sewaktu saya mengumpulkan tugas, Joon datang ke kelasku, lalu, “Mira-chan, sini biar aku Bantu kamu kumpulkan tugas-tugas ini,” sebelum kuiyakan, dia sudah mengumpulkan tugas-tugas di setiap meja dengan cepat. “Joon, pelan-pelan saja. Tidak ada yang mengejarmu kok, hahaha…” karena lucu, aku pun tertawa melihat gerakannya. “Oh ya, maaf, Mira-chan, karena aku terbiasa melakukan sesuatu terburu-buru,” Joon pun memelankan sikapnya tadi, setelah itu kami sama-sama ke ruang guru dan pergi ke taman sekolah.
Di taman sekolah…
“Joon, aku sudah memikirkan jawaban untuk kamu…” saat itu, Joon merasa gugup untuk mendengarkan jawabannya, sebab dia sangat takut ditolak oleh Mira. “A…Ehem… Apa jawaban kamu, Mira-chan?” Oh God, please, I hope, she will accept me... “Aku… Aku tidak bisa, Joon,” Joon merasa hancur saat itu, tetapi… “Karena aku sangat mencintaimu, makanya aku tidak bisa menolak ataupun membohongi perasaanku sendiri,” aku tersenyum kepada Joon dan aku rasa mukaku pasti merah padam. Joon langsung menarik Mira ke dalam pelukannya, “Joon?! Ini di seko…” Joon memotong pembicaraan Mira, “Shhht… Mira-chan, biarkan aku memelukmu sebentar saja. Sebelumnya, aku sangat berterima kasih atas jawabanmu unutk menerimaku. Aku sangat takut, kalau kamu akan menolakku dan kita tidak bisa bersama lagi…” tiba-tiba, Joon merasakan sesuatu yang mengalir dari wajah Mira. “Mira-chan!! Kenapa kamu menangis? Apakah aku mengucapkan sesuatu yang salah?” Joon sangat kaget dan dia mengira bahwa dia melukai kekasihnya ini. “Tidak, bodoh (Mira mengucapkannya dengan bercanda). Aku hanya menangis, karena aku terlalu senang. Ini semua seperti mimpi menjadi kenyataan, tinggal waktunya menghadap orang tuaku,” Mira terlhat sedih, sewaktu dia mengucapkan orang tuanya.
TBC
*Nah, pembaca, apakah ini cukup memuaskan bagi Anda? Saya ingin meminta maaf, apabila, cerita ini terlihat aneh buat anda. Karena yang saya tahu, Mira itu sudah punya tunangan…
*Pertanyaan selanjutnya: Apakah orang tua Mira akan setuju?
Kali ini tidak ada pilihan, berikanlah jawaban Anda dan berikan alasannya… ^^
Sabtu, 29 Mei 2010
Till the End of Time (Part 5)
“Sebelum aku mengatakan apa yang ingin kubicarakan kepadamu, jawablah pertanyaanku dengan jujur.”
Seakan waktu berhenti sebentar, Mira menjadi kaku, wajahnya terlihat pucat di bawah sinar rembulan.
“Aku akan menjawab…dengan jujur.”
“Apakah kamu itu tunangan Rio? Apakah kamu mencintainya? Kenapa kamu tidak pernah memberitahukan kepadaku?”
“Benar, Rio adalah tunanganku. Aku lupa untuk memberitahukannya kepadamu, karena project sekolah. Aku… Aku sangat men…”
Tiba-tiba, Mira berhenti bicara, karena tatapan mata dari Joon kepadanya.
“Mira, please, tell me the truth. I know you’ll never love him, I saw that in your eyes.”
“Joon, aku tidak mencintai Rio sama sekali… karena…” (hanya kamu yang dihatiku, Joon.)
Joon menarik Mira ke pelukannya, tidak lama kemudian, Mira menangis.
I wonder Mira is in love with who? I really want to know, Oh God… What am I talking about; I bring my “girlfriend”, because of the invitation card. Actually, she’s totally just my friend. Pikiran Joon terhenti, karena Mira memanggilnya. “Joon, apa yang ingin kamu bicarakan kepadaku?” Mira menghapus air mata yang tersisa di wajahnya. “Err… Aku rasa ini bukan saat yang tepat, but if you insist too, I tell you,” Joon tersenyum kecil kepada Mira. “Bilang saja, aku ingin mendengarnya,” Mira tersenyum balik. “Sebenarnya, cewek yang aku ajak hari ini, bukanlah siapa-siapa. Aku membawanya, karena invitation kamu,” Mira sangat kaget, “My invitation? Bentar, aku ingat-ingat dulu… Oh! Aku suruh semua yang kuundang membawa pasangannya, is this the reason?” Joon mengangguk, “Dan aku tetap ingin menyampaikan sesuatu kepadamu, kalau kamu merasa marah, kamu boleh pergi meninggalkanku,” Joon tiba-tiba menjadi serius. “Aku janji, aku tidak akan marah kepadamu,” udara di sekitar mereka terasa kaku.
“I love you, Mira. Sejak pertama kali, aku menemuimu dan berkenalan denganmu, aku telah jatuh cinta kepadamu. Aku sangat kaget, saat mendengar bahwa kamu sudah mempunyai tunangan, aku ingin mundur, sebab aku tidak ingin persahabatan kita hancur begitu saja,” Joon memegang tangan Mira dengan penuh harapan. “Joon… aku… aku tidak salah mendengar, apa yang kamu baru saja kamu bicarakan?” Mira benar-benar kaget, dia merasa bahagia, di lain sisi, dia merasa takut. “Mira, aku tidak berbohong. Tapi, aku tidak akan mengganggumu lagi, apabila kamu menolakku nantinya,” Joon menatap Mira dengan penuh kasih sayang. “Aku…………”
*Okay, sampai di sini dulu… Pengarangnya jadi bingung ui, karena Joon ternyata suka sama Mira, pasti pembaca bingung ya? Koq bisa begitu?
*Jawaban untuk siapakah cewe tersebut, yang benar adalah A. (“Kekasihnya” Joon).
*Kalo ada request cerita apa gitu? Do please tell me… hha..
*Apakah Mira akan menerima cintanya itu?
a. tidak
b. Iya!!! >.<
*to be continued…
Jumat, 28 Mei 2010
Till the End of Time (Part 4)
Joon, I’m sorry. I really need your help, but you already say it aloud, that I’m just your best friend. Tiba-tiba, Rio memelukku, “Sudah, nangislah sepuasnya. Aku tidak akan membiarkan wajahmu terlihat sedih, hanya karena dia. Tetapi, aku akan mengizinkannya hanya untuk hari ini,” refleks aku menolak pelukannya dan berlari keluar. Maafkan aku, Mira. Aku melakukan semua ini, hanya karena satu hal.
“Joon, di mana kamu?”
“Aku disini, Mira-chan.”
“Apa yang….”
“Sst… biarkan aku memelukmu, walaupun hanya sebentar saja.”
Mereka berdua pun berpelukan dalam keheningan, tidak ada yang mau melepaskan satu sama lain…
Mereka tidak tahu, ada yang melihat mereka dengan penuh amarah dan kebencian…
“Mirabella, awas kamu! Kamu tidak akan mendapatkan Joon sama sekali, sampai selamanya! Aku bersumpah, aku akan terus mengganggu hidupmu sampai kamu tidak bisa berkutik lagi… Hahahahaha…” cewek ini tertawa sendiri dan berjalan ke pintu keluar…
*Menurutmu, apa yang akan dikatakan oleh Joon?”
a) I love you, Mira.
b) Aku berharap, kamu bisa bahagia sama Rio.
*Siapakah cewek tersebut??
a) Kekasihnya Joon
b) Teman baiknya Mira
Minggu, 16 Mei 2010
Till the End of Time (Part 3)
Di toilet, “Kenapa aku harus mengalami ini semua? Apakah aku ini tidak berarti kepada orang tuaku? Dan… kenapa Rio bisa menjadi tunanganku?” (Blam!) suara pintu ditutup. Mira pun menoleh ke belakang, “Rio? Kamu mau ngapain masuk ke toilet ini?” (Klek!) Pintu dikunci. “Aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu dan aku ingin bersama denganmu, sejak dulu aku telah jatuh cinta kepadamu… Tapi kamu tidak pernah menoleh ataupun memberiku harapan, kamu malah memberi Joon harapan itu! Kamu tahu, pada saat itu, aku masih bersabar, karena aku masih kecil. Sekarang, aku tidak akan bersabar lagi!”
“Tidak! Menjauh dariku, jangan bergerak dari tempatmu atau aku akan berteriak minta tolong!” sangking ketakutannya, seluruh tubuhku bergemetar. Rio tersenyum, dia tetap melangkah maju terus mendekati arahku, “Kenapa? Apakah kamu takut denganku? Aku hanya ingin kamu tahu, bahwa Joon yang kamu cintai itu, sudah mempunyai KEKASIH! Sadarlah dan berhenti berharap..!” Wajah Rio terlihat sangat merah, karena kemarahannya kepada Mira. “Aku tahu semua itu, aku sadar dia telah mempunyai kekasih… Tidak bisakah, kamu membiarkan aku bermimpi hanya untuk beberapa saat lagi? Suatu saat nanti, aku pasti bisa melupakannya,” air mataku mengalir begitu saja, karena menjelaskan hal ini.
“Mira? Kamu ada di dalam? Kenapa kamu berteriak?” Joon terdengar panic dari luar. “Joon, aku sedang bersama Mira di dalam. Aku hanya ingin berdua bersamanya, lagipula apa urusannya dengamu?” Rio berkata dengan tenangnya. “Kurang ajar kamu! Aku ini sahabatnya Mira, sebagai sahabatnya aku berhak ikut campur!” Joon berusaha membuka pintunya. “Teruslah mencoba, pintunya sudah kukunci!” Rio merasa menang. “Kamu……”
*Menurutmu apa yang akan dilakukan Joon?
a. mendobrak pintu
b. meninggalkannya begitu saja
*Apa yang akan dikatakan oleh Mira?
a. “Kamu tidak usah ikut campur lagi
b. Joon, tolong aku….
*To be continued*
Sabtu, 15 Mei 2010
For you..
Maafkan aku bila ada kesalahan kata" atw ada beberapa hal yg kamu rasa menyinggungmu ataupun menyindirmu..
Hanya dgn blog inilah, aku bisa menuliskan apa saja yang ingin kukatakan kepadamu.
Bukannya aku tidak mau berbicara dnganmu. Cumanya, aku merasa kaku dan gugup, apabila berada di dekatmu.
Karena aku jarang berbicara kepadamu.
Till the End of Time (Part 2.)
Tiba-tiba, ada yang menutup mataku dari belakang, “Si..Siapa itu? Kenapa kamu menutup mataku?” berusaha untuk melepaskan tanggannya. “Ini aku, Rio, pacarmu. Kamu curang dah, masa potongan pertama bukannya kasih aku, malahan kasih cowok ini?!” Semua orang yang hadir di pestaku terdiam karena kaget, “Rio? Kamu pacarku? Dan siapa kamu? Aku baru pertama kali bertemu denganmu…” aku sangat syok, karena dia itu adalah teman masa kecilku.
“Orang tuamu yang menjodohkan aku denganmu, dan aku menerimanya dengan senang hati..” Rio berkata dengan tenang. “Ini semua tidak mungkin, kamu hanya bercanda saja kan? Orang tuaku tidak mengatakannya padaku, aku pasti hanya bermimpi!"
*Menurutmu, apakah ini hanya mimpi?
*TO be Continued..
Jumat, 14 Mei 2010
The Feeling inside my Heart...
Kadang, aku ingin bertanya kepadamu, "kenapa kamu memilih aku?"
Kamu hanya menjawab, "Karena aku telah jatuh cinta kepadamu..."
Aku merasa tak yakin atas jawabannya, ini tidak mungkin terjadi, aku pasti bermimpi.
Sewaktu kucubit lenganku, aku terbangun dari tempat tidurku, "Ternyata ini semua hanya mimpi.."
Ntah kenapa, aku merasa ada yg mengalir dari wajahku, saat kupegang, ternyata air mataku mengalir tanpa kusadari.
Kenapa aku harus menangis? Apakah karena perasaan ini?
Aku berharap, aku dapat melupakanmu, supaya aku tidak pernah mengganggu hidupmu lagi...
Rabu, 12 Mei 2010
Till the End of Time
Saat aku melihatmu, ada yang berubah darimu, ntah kenapa aku merasakan ada perbedaan dari dirimu… Dari cara kamu berbicara kepadaku, berjalanmu, sampai tingkah lakumu… Ini semua membuatku bingung, apakah aku yang salah melihatnya atau memang itulah yang terjadi sekarang. Kamu terlihat bahagia setiap harinya, aku ingin sekali bertanya kepadamu, hal apakah yang telah membuatmu terlihat sangat bahagia?
Aku sering melihatmu memegang telepon genggammu, kamu selalu tersenyum saat membaca sms dari orang tersebut, sewaktu telepon pun, kamu berubah, wajahmu terlihat sangat bahagia. Awalnya, aku mengira kamu sedang mendapat rejeki, ternyata setelah sekian lamanya, kamu mengaku kepada semua orang, bahwa kamu sudah mempunyai seorang kekasih… Pengakuanmu membuatmu kaget, sebab sekian banyaknya yang ingin menjadi kekasihmu, selalu kamu tolak, sungguh hari yang sangat aneh…
Tidak lama kemudian, kamu membawa kekasihmu datang ke acara ulang tahunku, kamu kenalkan dia kepadaku, aku tidak pernah mengharapkan hal itu terjadi. Sebab, aku memendam rasa suka kepadamu. Tetapi, karena aku tidak ingin terlihat sedih, aku tersenyum bahagia di depanmu dan kekasihmu. Tidak lama kemudian, acara pemotongan kue pun dimulai, mereka bertanya kepadaku, “kamu akan memberikan potongan pertama kepada siapa?”. Aku menjawab, “Aku akan memberikan potongan pertamaku kepada …..”
*To be continued*
Kamis, 06 Mei 2010
Permintaan Pertama dan Terakhirku...
terhadap orangtuaku...
Mereka menyuruhku memilih,
sesuka hatiku...
Sewaktu aku memilih,
dia melarangku untuk memilih hal itu...
Aku membiarkannya,
tetapi lama-kelamaan aku tidak tahan...
Aku selalu merasa sedih,
saat memikirkan hal tersebut....
Aku ingin sekali jujur padanya,
aku ingin memilihnya sendiri...
Tetapi...
kamu selalu menolaknya...
Aku menjelaskan alasanku,
kamu masih tetap menolaknya...
Sedangkan,
teman-temanku bebas memilih...
Kenapa aku tidak boleh?
Aku merasa ini semua tidak adil...
Apakah karena aku anak pertama?
Itu mungkin alasan pertamanya....
Tapi, buat apa menyuruhku untuk
belajar bidang ini?
Apabila,
aku sama sekali tidak suka dengan bidang tersebut...
Aku berharap,
Hanya sekali ini, aku boleh memilih...
Fighting!!
Hari demi hari,
Tahun demi tahun,
tak terasa waktu berjalan sangat cepat...
Ujian sudah hampir dimulai,
kita semua berusaha semaksimal mungkin...
Biarkanlah waktu kita tersita,
sampai ujian ini berakhir...
Maju! Semangat! Berjuang!
Itulah kata-kata yang keluar....
Guru-guru terus mengajar,
tanpa mengenal lelah...
Marilah kita lulus bersama,
dengan nilai yang diharapkan....
Supaya masa depan kita luas,
orangtua pun senang!...
\^0^/
Like a Princess
dari cara kamu melihat,
berjalan,
dan bicara..
Apakah kamu pernah tahu?
Orang lain berkata kepadaku tentang dirimu...
Mereka bilang, kamu itu terlihat sombong...
Aku hanya tersenyum kecil di depan mereka...
Kata-katamu itu sangatlah pedas,
menusuk hati orang sangat dalam...
Walaupun, niatmu hanya bercanda saja...
Tahukah kamu siapakah orang tersebut?
Nasihat kepadamu (II)
aku terus memperhatikan kamu...
Senyumanmu membangkitkan semangatku...
Tawamu membuat orang tertawa...
Sewaktu ujian datang,
kamulah orang yang selalu terlihat tenang...
Tidak pernah ada kata 'stress' yang muncul darimu...
Aku merasa kesal kepadamu...
Sedangkan aku,
Aku selalu belajar keras,
sewaktu ujian aku selalu berusaha keras,
Tetapi, nilai ujianku lebih tinggi daripadamu...
Aku berharap,
ujian yang akan datang,
kamu bisa belajar lebih baik..
Supaya orangtuamu merasa puas...
Always waiting for you
bagaikan air mataku yang mengalir...
Aku tidak tahu,
kenapa air mata ini tidak bisa berhenti...
Kamu menghilang lagi hari ini...
Tetapi, bayanganmu tetap ada,
di pikiranku...
Kenapa sulit sekali untuk menhapusmu?
Apakah karena aku...
menunggu beberapa kata darimu?
Tetapi, itu tidak mungkin..
Aku harus tetap melupakanmu...
Meskipun, aku tidak berharap,
adakah kesempatan itu terbuka untukku?
Atau tidak sama sekali?...
Aku hanya bisa menunggumu...
(walaupun kamu tidak pernah membalasnya...)
Selasa, 27 April 2010
My wish
seperti perasaan di hatiku saat ini...
Aku sangat kesal kepadamu,
ntah kenapa kamu selalu bersikap cuek kepadaku...
Sekarangpun, aku masih ragu terhadap perasaanku...
Apakah harus kuteruskan perasaan ini?
Cinta ini sudah terlalu lama kupendam..
Sangat susah untuk dibuang begitu saja...
Kalau aku boleh berharap satu hal,
aku sangat ingin kamu membalas perasaanku...
Apakah Tuhan akan mengabulkannya?
Atau tidak, aku akan menerimanya...
Hari ini, aku bersikap tidak normal di hadapanmu..
Aku gugup sewaktu berada di sampingmu,
ataupun di depanmu..
Sikapku semua membuat aku malu sendiri...
Semoga di masa depan nanti,
aku bisa melupakanmu....
secara perlahan-lahan...
Sabtu, 24 April 2010
Taman
Bagaikan suaramu berbisik kepadaku...
Harum dari angin yang berhembus,
terdapat di daun-daun pohon
Matahari menyinari,
bagai ibu yang melindungi anaknya...
Suasananya yang tidak ramai,
membuat hati dan pikiran terasa tenang...
Hijaunya taman ini,
karena pohon yang ditanam olehmu.
Orang-orang terlihat senang,
karena taman yang kau berikan...
Nasehat untukmu...
kamu tidak melakukan hal yang bodoh.
Tetapi, kamu masih tidak bisa....
mengubah sikapmu.
Tidak tepat waktu,
selalu tidur dalam ruangan...
Saranku kepadamu...
Tidurlah dengan waktu yang cukup.
Datanglah dengan tepat waktu...
Jangan berbohong,
berhentilah merokok!
Hanya itu yang harus kamu ubah....
Perilakumu...
kamu datang dan pergi.
Sewaktu aku mencarimu,
kamu selalu menghilang.
Sewaktu aku tidak mencarimu,
kamu selalu ada disana.
Sewaktu aku berbicara,
kamu tidak pernah peduli, maupun mendengar.
Setiap perbuatan yang kamu lakukan,
membuat aku merasa kesal!
Kenapa kamu tidak pernah berubah?
Ataupun mengerti?
Semua orang membelamu,
walaupun mereka tahu yang sebenarnya...
Tidak bisakah...
hanya sekali ini saja...
kamu mau berubah?