Kata-kata “Waeroba Manioso” dan surat itu terus berada di dalam pikiranku dan aku sama sekali tidak bisa melupakan hal itu. Saat mengajar, aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi di dalam kelas dan para mahasiswa melihatku dengan aneh. Aku harus segera memecahkan masalah ini!
Ding, Dong, Deng, Dong... bel telah berbunyi, kelas sudah selesai dan aku tidak melihat Reiki datang ke kelasku selama beberapa hari ini. Apakah dia sakit? Atau dia pindah ke universitas lain? Atau apa alasan yang tepat? Kenapa dia tidak telepon ke universitas dan bilang alasan dia tidak datang. Haruskah aku minta alamatnya dan mengunjunginya? Tetapi bukankah hal itu... Bruk!
“Itai~” (sakit~) kenapa aku selalu menabrak orang di koridor?! “Rose-chan, kamu tidak apa-apa? Maaf, aku tidak nampak kamu tadi, karena keasyikan baca buku sambil berjalan,” suara yang tidak asing di telingaku. “Aa... Aoi-san rupanya.. tidak apa-apa, aku juga salah, karena telah melamun,” Aoi membantuku untuk bangkit berdiri. “Wah! Hal yang jarang terjadi... hal apa yang membuatmu melamun sampai segitunya?” Aoi terlihat sangat kaget, tetapi kata-kata yang keluar dari mulutku, “Kopratiyo mexamiosa, ilaiono mresicano...” aku langsung menutup mulutku dan shock dengan apa yang kuucapkan tadi. Wajah Aoi-san sangat terlihat pucat, seakan-akan dia mengerti dengan apa yang kuucapkan. Hal berikutnya yang terjadi, dia pingsan tepat di depanku.
Setelah Aoi-san dibawa ke rumah sakit, aku langsung pulang ke rumah dan merenungkan apa saja yang telah terjadi hari ini. Kenapa aku bisa mengucapkan bahasa aneh tersebut dan mungkin artinya adalah “Mind your own business, just sleep in peace...” bukankah itu berarti dia akan tidur sampai selamanya? Aku berharap artinya salah dan Aoi-san tetap hidup!
Saat perjalananku pulang ke rumah, langkah demi langkah terasa berat, pikiranku dipenuhi dengan mantra-mantra aneh tersebut dan memikirkan tentang surat itu juga.
Di depan pintu rumahku ada seseorang dan sepertunya itu Reiki, ngapain dia di depan rumahku? Apakah ada masalah? Sebaiknya... aku tanyakan saja kenapa dia tidak masuk kuliah hari ini...
“Sensei! Bolehkah aku masuk ke rumahmu? Udara di luar sangat dingin, aku hampir membeku disini,” kata Reiki. “Douzo... kamu duduk saja dulu di ruang tamu itu, aku akan membuat minuman hangat untukmu,” aku langsung ke dapur tanpa melihatnya lagi.
~beberapa saat kemudian~
“Silahkan minum... Kalau aku boleh tahu, kamu ada urusan apa datang ke rumahku?” aku berusaha menghindari tatapannya.
“Sensei, kamu masih belum berubah... Tujuanku kesini, aku ingin meminta bantuan darimu.”
“Bantuan apa? Aku akan berusaha untuk membantumu.”
Reiki tersenyum, lalu mengatakan, “Aku ingin tinggal di rumahmu untuk sementara waktu, sebab tempat yang aku tinggali sekarang sedang direnovasi. Jadi...”
“Chotto matte! Berarti kamu ingin tinggal disini? Buat berapa lama? Kenapa kamu tidak mencari tempat lain? Kenapa harus di rumahku?”
“Kalau Sensei tidak bisa, tidak apa-apa. Aku akan coba cari tempat lain, semoga uangku cukup. Kalau begitu, aku permisi dulu.” Reiki beranjak dari tempat duduknya.
Secara spontan, aku langsung memegang tangannya, “Aku tidak apa-apa, kamu boleh tinggal disini, sampai renovasinya selesai. Tetapi, kamu harus...”
Reiki memelukku (?!), “Arigatou, Sensei... Slepora mer hustyo myopta...”
Dan seperti hari itu, aku langsung tertidur pulas.